1,590 total views, 2 views today
Hari Pahlawan Nasional telah tiba, sahabat-sahabat! Apakah kamu mengetahui alasan di balik peringatan Hari Pahlawan setiap tanggal 10 November? Pada hari tersebut 76 tahun yang lalu, terjadi pertempuran di Kota Surabaya antara pasukan Indonesia dan Inggris. Pertempuran ini menjadi yang terbesar dalam sejarah revolusi nasional dan merupakan pertempuran pertama yang terjadi setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ternyata masih ada beberapa pahlawan Indonesia yang kurang dikenal, nih. Kali ini, kita akan membahas sepuluh pahlawan tersebut dalam konteks Hari Pahlawan. Yuk, mari langsung kita mulai!
Daftar Isi
- 1 1.Malahayati (Lahir di Kesultanan Aceh, Nanggroe Aceh Darusalam
- 2 2.Tan Malaka (Lahir Di Minangkabau, Sumatera Barat)
- 3 3.Dewi Sartika (Lahir di Bandung, Jawa Barat)
- 4 4.Abdul Kadir (Lahir di Sintang, Kalimantan Barat)
- 5 5.Sam Ratulangi (Lahir di Tondano, Sulawesi Utara)
- 6 6.Johannes Leimena (Lahir di Ambon, Maluku)
- 7 7.Silas Papare (Lahir di Serui, Papua)
- 8 8.Maria Walanda Maramis (Lahir di Minahasa Utara, Sulawesi Utara)
- 9 9.Martha Christina Tiahahu (Lahir di Nusa Laut, Maluku)
- 10 10.Frans Kaisiepo (Lahir di Biak, Papua)
1.Malahayati (Lahir di Kesultanan Aceh, Nanggroe Aceh Darusalam
Cucu dari pendiri Kerajaan Aceh Darussalam, yaitu Sultan Ibrahim Ali Mughyat Syah, adalah seorang perempuan hebat bernama Malahayati. Pada tahun 1585-1604, Malahayati menjabat sebagai Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan juga Panglima Protokol Pemerintah di bawah Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV.
Pada tanggal 11 September 1599, Malahayati memimpin 2000 pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah gugur) untuk bertempur melawan kapal dan benteng Belanda. Di tengah pertempuran, Malahayati berhasil membunuh Cornelis de Houtman dalam pertarungan satu lawan satu di geladak kapal. Karena keberaniannya, Malahayati dianugerahi gelar Laksamana. Prestasi tersebut mengakibatkan Malahayati dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 6 November 2017 melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 115/TK/Tahun 2017.
2.Tan Malaka (Lahir Di Minangkabau, Sumatera Barat)
Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka adalah nama lengkap dari sosok yang lebih dikenal dengan sebutan Tan Malaka. Selain cerdas, Tan Malaka juga sangat memperhatikan pendidikan kaum pribumi. Ia sempat menempuh pendidikan di Belanda sebelum kembali ke Indonesia dan mendirikan Sekolah Rakyat di Semarang. Dalam kurikulum yang disusunnya, Tan Malaka menekankan semangat untuk melawan penindasan dan berjuang untuk hak asasi manusia dan kewarganegaraan.
Beberapa kali Tan Malaka mengevaluasi situasi dan kondisi Republik Indonesia setelah Perjanjian Linggarjati (1947) dan Perjanjian Renville (1948). Karena kecerdasan dan pemikirannya yang luar biasa, Tan Malaka dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden RI No. 53. Pengakuan ini disahkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 28 Maret 1963.
3.Dewi Sartika (Lahir di Bandung, Jawa Barat)
Raden Dewi Sartika lahir dari keluarga terpandang, yang memberikan pendidikan dasar yang layak sejak masa kecil. Sebagai seorang pahlawan Indonesia, ia memiliki cita-cita untuk mendirikan sekolah bagi kaum perempuan. Ia merasa prihatin saat melihat banyak perempuan buta huruf dan kurang akses terhadap pendidikan. Namun berkat perjuangannya, Sekolah Isteri akhirnya didirikan di Pendopo Kabupaten Bandung pada tanggal 16 Januari 1904. Sekolah tersebut merupakan sekolah perempuan pertama di Indonesia.
Setelah itu, pada tahun 1910, Sekolah Isteri direlokasi dan berganti nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri. Sekolah ini kemudian berkembang pesat dan tersebar di seluruh Jawa Barat, dengan sembilan sekolah didirikan pada tahun 1912 dan satu lagi ditambahkan di setiap kota maupun kabupaten pada tahun 1920. Pada bulan September 1929, sekolah ini berganti nama menjadi Sekolah Raden Dewi. Berkat jasanya dalam memperjuangkan pendidikan, ia dianugerahi gelar penghargaan Orde van Oranje-Nassau (bintang emas) pada peringatan 35 tahun Sekolah Kaoetamaan Isteri. Ia juga diakui sebagai pahlawan pada tanggal 1 Desember 1966 karena kontribusinya dalam memajukan pendidikan perempuan di Indonesia.
4.Abdul Kadir (Lahir di Sintang, Kalimantan Barat)
Abdul Kader berkhidmat sebagai pegawai Kerajaan Xintang sejak kecil, dan apabila bapanya meninggal, beliau dilantik sebagai ketua kerajaan Melawi. Kemudian, beliau berjaya menyatukan suku Dayak dengan orang Melayu dan memajukan ekonomi wilayah Melawi.
Ketika Belanda berupaya untuk memperluas wilayah kekuasaannya di Melawi pada tahun 1820-an, Abdul Kadir merancang sebuah strategi peran ganda untuk mencegahnya. Meskipun sebagai pejabat pemerintah Melawi, ia harus setia kepada pemerintah Belanda sebagai negara penjajah, Abdul Kadir secara diam-diam membentuk kekuatan rakyat untuk melawan Belanda dengan mendirikan kesatuan-kesatuan bersenjata di Melawi dan sekitarnya.
Baca Juga : JURUSAN GEOFISIKA
Pada akhirnya, terjadi gangguan keamanan yang ditujukan terhadap Belanda dan akhirnya terjadi pertempuran antara pasukan Belanda dan pasukan Abdul Kadir. Abdul Kadir terus mengatur strategi perlawanan terhadap Belanda melalui berbagai informasi tentang rencana-rencana operasi militer pemerintah Belanda. Seiring waktu, di tahun 1999, Abdul Kadir dihormati sebagai Pahlawan Nasional melalui SK Presiden Republik Indonesia Nomor 114/TK/Tahun 1999 tertanggal 13 Oktober 1999 karena jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
5.Sam Ratulangi (Lahir di Tondano, Sulawesi Utara)
Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi, atau dikenal sebagai Sam Ratulangi, adalah gubernur Sulawesi pertama dan orang Indonesia pertama yang memegang posisi mengajar pada masanya. Ia belajar di Jakarta, Belanda, dan Universitas Zurich di Swiss. Untuk meningkatkan standar hidup masyarakat Minahasa, ia berhasil menghapuskan kerja paksa (rodi), mengorganisir program transmigrasi, dan mendirikan yayasan untuk pendanaan pendidikan.
Ratulangi juga seorang aktivis kemerdekaan yang sengit yang berjuang melawan kolonialisme Belanda dan Jepang. Ia bertekad untuk tidak membiarkan bangsa Indonesia berada di bawah kekuasaan penjajah. Untuk mempertahankan Republik Indonesia, Gubernur Ratulangi mendirikan organisasi perjuangan populer bernama Pusat Keselamatan Rakyat. Pemerintah kemudian mendeklarasikan Ratulangi sebagai Pahlawan Nasional dan secara anumerta memberinya gelar tiga kali.
6.Johannes Leimena (Lahir di Ambon, Maluku)
Dr. Johannes Leimena, seorang dokter, mendirikan Bandung Plan pada tahun 1951 dan meningkatkannya menjadi Leimena Plan pada tahun 1954. Inisiatifnya ini menjadi awal mula berdirinya PUSKESMAS. Leimena juga termasuk salah satu tokoh yang terlibat dalam persiapan Kongres Sumpah Pemuda. Dalam periode ini, minatnya terhadap gerakan nasional semakin meningkat, sehingga ia kemudian menjabat sebagai Menteri Kesehatan selama 21 tahun, menjabat dalam 18 kabinet yang berbeda. Prestasinya yang luar biasa ini kemudian diakui oleh pemerintah dengan memberikannya gelar Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 52 TK/2010 pada tahun 2010.
7.Silas Papare (Lahir di Serui, Papua)
Silas Papare berjuang untuk menyatukan Irian Jaya (Papua) dengan seluruh Indonesia. Ia pernah dipenjara karena terus menerus membujuk Batalyon Papua untuk memberontak melawan Belanda. Saat dipenjara di Serui, ia bertemu dengan Sam Ratulangi yang juga diasingkan oleh Belanda. Pertemuan dengan Sam Ratulangi membuatnya semakin yakin bahwa Papua seharusnya bebas.
Ketika aktif di Front Nasional Pembebasan Irian Barat (FNPIB), Silas Papare diundang oleh Presiden Soekarno untuk menjadi delegasi Indonesia dalam Perjanjian New York yang mengakhiri konflik antara Indonesia dan Belanda mengenai Irian Barat. Pengabdian dan jasa-jasanya kemudian diakui dengan nama Kapal Perang Korvet kelas Parchim TNI AL KRI Silas Papare dengan nomor lambung 386, serta pendirian Monumen Silas Papare di dekat pantai dan pelabuhan Laut Serui. Nama Silas Papare juga diabadikan sebagai nama Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik (STISIPOL) Silas Papare di Jayapura, dan jalan di Kota Nabire juga dinamakan setelah beliau sebagai penghormatan atas kontribusinya.
8.Maria Walanda Maramis (Lahir di Minahasa Utara, Sulawesi Utara)
Maria Walanda Maramis, yang bernama lengkap Maria Josephine Catherina Walanda Maramis, lahir di Minahasa Utara dan dianggap sebagai salah satu pahlawan emansipasi wanita. Dia dikenal karena melanggar tradisi dan menjadi pejuang bagi perempuan dalam politik dan pendidikan. Meskipun kontribusinya tidak terkenal di kalangan orang Indonesia, dia sangat dihormati oleh masyarakat Minahasa. Setiap tanggal 1 Desember, yang merupakan hari ulang tahun Maria, masyarakat Minahasa memperingatinya sebagai Hari Bunda Maria Walanda Maramis.
9.Martha Christina Tiahahu (Lahir di Nusa Laut, Maluku)
Martha Christina Tiahahu adalah seorang wanita pemberani yang bertarung dengan tombak bambu yang diasah dan terlibat dalam perang Indonesia. Dia berpartisipasi dalam perang Pattimura yang terjadi pada tahun 1817. Martha dikenal sebagai gadis pemberani dan tangguh yang rela mengambil risiko. Sebagai pengakuan atas usahanya, masyarakat Ambon mendirikan sebuah monumen sebagai simbol penghargaan mereka terhadap Martha.
Baca Juga : Mahasiswa Universitas Teknokrat Indonesia Diterima Magang Studi Independen dan Program Bangkit
10.Frans Kaisiepo (Lahir di Biak, Papua)
Frans Kaisiepo, yang potretnya ditampilkan pada uang kertas sepuluh ribu rupiah, adalah pahlawan terakhir dalam daftar ini. Ia memperjuangkan persatuan dan keutuhan Indonesia. Frans mengikuti kursus Pamong Praja di Jayapura, di mana ia diajar oleh Soegoro Atmoprasodjo, mantan guru Taman Siswa. Sejak itu, nasionalisme Frans semakin berkembang, dan ia semakin semangat menyatukan wilayah Irian dengan Indonesia. Setelah berhasil berperang melawan penjajah, Frans menjabat sebagai gubernur di Irian Barat hingga 1973.
Inilah sepuluh pahlawan nasional yang mungkin kurang dikenal, dan kamu juga bisa mengikuti jejak mereka dengan cara rajin belajar dan berkreasi.
One thought on “10 Pahlawan Indonesia yang Belum Banyak Di Ketahui”