PARENTING

7 Cara Mendidik Anak Tanpa Marah-Marah Lagi: Bisa Kok, Asal Konsisten!

Mendidik anak memang bukan perkara mudah. Terkadang, emosi bisa memuncak saat anak sulit diatur atau tak kunjung memahami nasihat. Tapi, tahukah kamu bahwa marah-marah justru sering kali tidak efektif? Alih-alih membuat anak patuh, yang ada mereka malah takut, tertutup, atau bahkan membangkang.

Padahal, mendidik tanpa marah bukan berarti membiarkan perilaku anak seenaknya. Justru, ini adalah seni pengasuhan yang mengedepankan komunikasi, kesabaran, dan pendekatan emosional yang sehat. Yuk, kita bahas bersama 7 cara mendidik anak tanpa marah-marah lagi!


1. Kenali Pemicu Emosi pada Diri Sendiri

Sebelum bisa mengelola anak, penting untuk terlebih dulu mengelola emosi diri sendiri. Marah muncul bukan hanya karena ulah anak, tapi bisa juga karena kelelahan, stres, atau ekspektasi yang tidak realistis. Sadari kapan biasanya kamu mudah terpancing dan coba beri ruang untuk diri sendiri sejenak.

Tips yang bisa dicoba:

  • Tarik napas dalam-dalam sebelum merespons anak
  • Hitung sampai 10 atau pergi sebentar ke ruangan lain
  • Ingatkan diri bahwa anak sedang belajar, bukan sengaja membuat kesal

2. Apakah Anak Sudah Tahu Apa yang Kita Harapkan?

Sering kali anak dianggap “bandel” padahal mereka belum benar-benar memahami apa yang kita minta. Memberi instruksi dengan jelas sangat membantu mencegah konflik.

Cobalah:

  • Gunakan kalimat sederhana dan langsung
  • Minta anak mengulangi apa yang mereka pahami
  • Gunakan contoh atau visual jika perlu

Misalnya, daripada bilang “Beresin kamar!”, lebih efektif jika mengatakan “Tolong simpan mainan di kotaknya dan rapikan tempat tidurmu, ya.”


3. Apakah Hukuman Selalu Diperlukan?

Daripada menghukum dengan teriakan atau ancaman, lebih baik terapkan konsekuensi yang logis. Ini membantu anak belajar tanggung jawab tanpa merasa dipermalukan atau ditakut-takuti.

Contoh:

  • Anak menumpahkan minuman? Minta ia ikut membersihkan
  • Anak lupa tugas? Biarkan ia menghadapi konsekuensinya di sekolah

Dengan begitu, anak akan belajar dari pengalaman, bukan dari rasa takut.


4. Bagaimana Mengalihkan Emosi Menjadi Komunikasi?

Saat emosi mulai naik, alihkan dengan berbicara dari hati ke hati. Gunakan kalimat “aku” daripada “kamu”, agar anak tidak merasa disalahkan.

Contoh:

  • Daripada berkata: “Kamu bikin Mama kesel banget!”
  • Coba ubah jadi: “Mama jadi sedih kalau kamu tidak mendengarkan”

Kalimat seperti ini lebih mudah diterima dan membuka ruang diskusi.


5. Apakah Waktu Khusus Bersama Anak Sudah Cukup?

Anak yang merasa diperhatikan biasanya lebih mudah diarahkan. Luangkan waktu berkualitas tanpa gangguan gadget atau pekerjaan.

Aktivitas sederhana seperti:

  • Membacakan buku sebelum tidur
  • Makan bersama sambil bercerita
  • Bermain bersama saat akhir pekan

Kegiatan ini memperkuat ikatan emosional, sehingga anak lebih mau mendengarkan dan bekerja sama.


6. Apakah Rutinitas Anak Sudah Teratur?

Anak-anak sangat terbantu dengan rutinitas. Saat mereka tahu apa yang harus dilakukan dan kapan melakukannya, konflik bisa berkurang secara signifikan.

Buat rutinitas harian, seperti:

  • Bangun dan tidur di jam yang sama
  • Waktu belajar, bermain, dan makan yang konsisten
  • Aturan screen time yang jelas

Rutinitas menciptakan rasa aman, dan anak jadi lebih terarah tanpa harus selalu diingatkan (apalagi dimarahi).


7. Sudahkah Memberi Contoh yang Baik?

Anak meniru apa yang mereka lihat. Kalau kita mudah marah, anak pun akan belajar cara yang sama untuk mengekspresikan diri. Maka, menjadi teladan adalah kunci utama.

Mulailah dari:

  • Menunjukkan cara menyelesaikan konflik dengan tenang
  • Mengakui kesalahan jika emosi sempat meledak
  • Menyapa dan berbicara dengan sopan meski sedang lelah

Dengan melihat teladan yang baik, anak akan belajar mengatur diri dan menghormati orang lain.


Kesimpulan: Parenting Tenang, Anak pun Lebih Nyaman

Mendidik tanpa marah bukan berarti membiarkan anak berbuat sesuka hati. Justru, ini adalah pendekatan yang jauh lebih efektif dalam jangka panjang. Dibutuhkan latihan dan konsistensi, tapi hasilnya sangat sepadan: anak tumbuh dengan rasa aman, percaya diri, dan orang tua pun lebih damai menjalani hari.

Jadi, yuk mulai perlahan. Ubah nada bicara, tambah waktu bersama, dan jadilah orang tua yang jadi tempat ternyaman untuk anak kembali—bukan tempat yang menakutkan karena amarah yang tak terkendali.

Penulis: AFIRA FARIDA FITRIANI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *