Sesar Semangko, juga dikenal sebagai sesar Sumatera, merupakan sesar yang membentang dari utara ke selatan Pulau Sumatera. Proses pembentukannya dimulai dari tabrakan antara Lempeng Hindia Australia dan Sumatera, yang membuatnya menjadi sesar yang sangat aktif di daratan Sumatera dan sering kali memicu gempa bumi signifikan.

Sesar Semangko memotong Pulau Sumatera dari ujung barat di Aceh hingga Lampung, membentang sepanjang sisi barat dengan panjang total mencapai 1.900 kilometer. Terdiri dari sekitar 20 segmen atau sesar minor, sesar ini menyebabkan gempa bumi terjadi di daerah yang lebih pendek dibandingkan panjang total sesarnya.

Baca Juga : Update Terbaru UMR Jawa Barat 2024: Berapa Besarannya? Lihat Penjelasannya!

Salah satu segmen yang paling aktif adalah Sesar Tarahan, terutama di Provinsi Lampung. Sesar Semangko tergolong muda dalam usia geologisnya, tercermin dari bentukan geografis seperti Lembah Anai dan Ngarai Sianok di Bukittinggi, yang merupakan bagian dari Pegunungan Barisan di barat Sumatera.

Sesar Semangko terbentuk akibat pergerakan batuan yang dipicu oleh gaya endogen di batas lempeng, terutama pada batuan dengan lapisan seperti sedimen dan batuan beku. Contoh konkret dari sesar ini terdapat di Pulau Sumatera.

Proses terbentuknya Sesar Semangko dimulai jutaan tahun lalu, ketika Samudera Hindia menabrak wilayah barat Pulau Sumatera dalam arah miring, pada saat Pulau Sumatera masih terhubung dengan Benua Eurasia. Dampak dari tabrakan ini menciptakan dua komponen gaya: gaya tegak lurus yang mendorong ujung Lempeng Hindia ke Lempeng Sumatera, dan gaya patahan memanjang yang sejajar dengan batas lempeng, menarik Pulau Sumatera ke arah barat laut.

Sesar Semangko termasuk sesar tipe strike-slip, yang berarti pergerakannya dominan horizontal dengan orientasi geser ke kanan di bawah Pegunungan Bukit Barisan. Kecepatan pergerakan relatif sesar ini mencapai 6 hingga 7 milimeter setiap tahun, menurut data Kementerian Energi, Sumber Daya, dan Mineral (ESDM).

Sesar Semangko, karena melintasi kawasan padat penduduk, memiliki potensi bahaya seismik yang signifikan. Gempa-gempa besar di Indonesia sering kali disebabkan oleh aktivitas sesar ini. Selain itu, sesar ini juga mempengaruhi topografi dan ekonomi lokal di sepanjang jalurnya.

Dampak dari Sesar Semangko termasuk seringnya terjadinya gempa bumi, baik yang besar maupun kecil. Contohnya adalah gempa Pajang Panjang pada tahun 1926 dan gempa Lampung tahun 1933, serta gempa terbaru seperti yang terjadi di Pasaman Barat tahun 2022. Selain itu, adanya sesar ini juga menyebabkan terbentuknya struktur geologis seperti slenk atau graben yang mempengaruhi landskap sekitarnya, seperti terlihat pada Ngarai Sianok dan Lembah Anai.

Secara positif, keberadaan Sesar Semangko juga mendukung perkembangan ekowisata dengan mempromosikan destinasi wisata alam seperti hutan, air terjun, dan pegunungan di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan. Misalnya, Ngarai Sianok di Bukittinggi telah menjadi tujuan wisata populer bagi wisatawan dari Malaysia dan lokal.

Baca Juga : Perubahan UMR Bali 2024: Berapa Angka Terbarunya? Lihat Informasinya di Sini!

Secara keseluruhan, meskipun memiliki potensi bahaya seismik yang signifikan, Sesar Semangko juga memberikan kontribusi positif dalam pengembangan pariwisata dan pemahaman geologi di wilayah Sumatera.

penulis : M.aditya fadillah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *