Kerajaan Singasari, yang didirikan pada abad ke-13 di Jawa Timur, dikenal sebagai salah satu kerajaan besar di Indonesia dengan berbagai prestasi dalam bidang politik, militer, dan kebudayaan. Namun, selain kekuatan militer dan ekspansinya, Singasari juga memiliki sistem pendidikan yang unik dan berpengaruh pada perkembangan budaya serta ilmu pengetahuan di Nusantara. Artikel ini akan membahas mengenai pendidikan di Kerajaan Singasari, bagaimana sistem pendidikan tersebut diterapkan, dan pengaruhnya terhadap masyarakat serta budaya setempat.

Latar Belakang Sejarah Kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 setelah mengalahkan Kerajaan Kediri dalam pertempuran di Ganter. Berawal dari seorang penguasa lokal, Ken Arok berhasil merebut kekuasaan dan mendirikan dinasti baru yang dikenal sebagai Dinasti Rajasa. Singasari kemudian berkembang menjadi kerajaan yang kuat di bawah pemerintahan raja-raja berikutnya seperti Anusapati, Tohjaya, dan yang paling terkenal, Kertanegara.

Pada masa pemerintahan Kertanegara (1268-1292), Singasari mencapai puncak kejayaannya. Kertanegara dikenal sebagai raja yang berwawasan luas dan memiliki visi untuk menyatukan Nusantara. Di bawah kepemimpinannya, berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan dan kebudayaan, mengalami perkembangan yang signifikan.

Baca juga :10 Rekomendasi Film Pendidikan Terbaik yang Inspiratif dan Wajib Ditonton

Sistem Pendidikan Kerajaan Singasari

Pada masa Kerajaan Singasari, pendidikan tidak seperti yang kita kenal sekarang dengan sekolah formal. Pendidikan pada masa itu lebih mengarah pada pendidikan non-formal yang dilakukan di berbagai tempat seperti pasraman, padepokan, dan ashram. Berikut adalah beberapa karakteristik pendidikan di Kerajaan Singasari:

1. Pendidikan di Pasraman

Pasraman merupakan tempat pendidikan yang mirip dengan ashram di India, di mana para siswa belajar berbagai ilmu dari seorang guru atau pendeta. Di pasraman, para siswa diajarkan pengetahuan tentang agama Hindu-Buddha, filsafat, bahasa Sanskerta, serta berbagai keterampilan lainnya. Pendidikan di pasraman menekankan pembentukan karakter dan spiritualitas, selain pengetahuan akademis.

Para siswa tinggal di pasraman selama beberapa waktu dan belajar secara intensif di bawah bimbingan guru spiritual atau pendeta. Mereka belajar melalui metode lisan, dengan menghafal berbagai teks suci seperti Weda, Tripitaka, dan Kakawin. Pendidikan ini lebih menekankan pada pengembangan nilai-nilai moral, spiritual, dan etika.

2. Pendidikan di Padepokan

Selain pasraman, padepokan juga menjadi tempat penting untuk pendidikan di Singasari. Padepokan adalah tempat tinggal para pendeta, brahmana, atau guru yang mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada murid-murid mereka. Pendidikan di padepokan biasanya lebih berfokus pada ilmu pengetahuan praktis seperti pertanian, astronomi, pengobatan tradisional, dan ilmu perbintangan.

Di padepokan, pendidikan dilakukan dengan cara langsung dan praktis. Para siswa belajar melalui pengalaman sehari-hari dan terlibat dalam kegiatan seperti bertani, meramu obat, serta mengamati bintang. Pendidikan ini membantu siswa mengembangkan keterampilan hidup yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.

3. Peran Brahmana dan Pendeta dalam Pendidikan

Pada masa Kerajaan Singasari, brahmana dan pendeta memiliki peran penting sebagai pengajar dan penjaga tradisi ilmu pengetahuan. Mereka adalah kaum intelektual yang memiliki pengetahuan luas tentang agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan lainnya. Para brahmana mengajarkan ajaran agama, etika, serta nilai-nilai spiritual kepada masyarakat.

Selain itu, brahmana juga sering diundang ke istana untuk memberikan pendidikan kepada para bangsawan dan keluarga kerajaan. Pendidikan ini mencakup pelajaran tentang kepemimpinan, politik, strategi militer, serta pengetahuan tentang hukum dan administrasi pemerintahan.

Pengaruh Pendidikan di Kerajaan Singasari

Pendidikan di Kerajaan Singasari memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan budaya dan intelektual di Nusantara. Beberapa pengaruh tersebut antara lain:

1. Perkembangan Sastra dan Bahasa

Pendidikan di Singasari mendorong perkembangan sastra dan bahasa Jawa Kuno. Banyak karya sastra penting yang ditulis pada masa ini, seperti Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca. Karya-karya sastra ini tidak hanya mencerminkan kehidupan sosial dan politik saat itu, tetapi juga menjadi bukti tingginya tingkat pendidikan dan intelektual masyarakat Singasari.

2. Penyebaran Agama Hindu-Buddha

Melalui pendidikan di pasraman dan padepokan, ajaran agama Hindu dan Buddha tersebar luas di masyarakat. Para pendeta mengajarkan ajaran-ajaran agama kepada masyarakat, yang kemudian mempengaruhi pola pikir, budaya, dan sistem kepercayaan masyarakat. Penyebaran agama ini juga mempengaruhi seni, arsitektur, dan berbagai aspek kehidupan lainnya.

3. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pendidikan di padepokan yang berfokus pada keterampilan praktis turut mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Kerajaan Singasari. Misalnya, pengetahuan tentang astronomi digunakan untuk menentukan waktu terbaik untuk bertani, sementara ilmu pengobatan tradisional digunakan untuk menyembuhkan penyakit.

4. Pembentukan Karakter Pemimpin

Pendidikan yang diterima oleh para bangsawan di Kerajaan Singasari membantu membentuk karakter mereka sebagai pemimpin yang bijaksana dan berpengetahuan luas. Raja Kertanegara, misalnya, dikenal sebagai pemimpin yang memiliki wawasan luas dan mampu memimpin dengan kebijaksanaan. Hal ini menunjukkan bagaimana pendidikan di Singasari berperan dalam menghasilkan pemimpin yang berpengaruh.

Tantangan Pendidikan di Kerajaan Singasari

Meskipun pendidikan di Kerajaan Singasari memberikan banyak manfaat, ada beberapa tantangan yang dihadapi pada masa itu:

  1. Keterbatasan Akses Pendidikan
    Pendidikan pada masa Kerajaan Singasari cenderung terbatas pada kalangan bangsawan dan para pelajar di pasraman atau padepokan. Masyarakat umum, terutama petani dan rakyat biasa, jarang memiliki akses terhadap pendidikan formal dan lebih banyak belajar dari pengalaman sehari-hari.
  2. Pengaruh Politik dan Kekuasaan
    Sistem pendidikan pada masa itu juga dipengaruhi oleh politik dan kekuasaan. Para guru dan pendeta sering kali berada di bawah pengaruh keluarga kerajaan, yang dapat mempengaruhi isi dan metode pengajaran.
  3. Keterbatasan Sumber Daya
    Pendidikan pada masa itu bergantung pada sumber daya yang terbatas, terutama dalam hal materi pendidikan seperti buku dan teks. Sebagian besar pengajaran dilakukan secara lisan, yang membuat penyebaran pengetahuan lebih lambat.

Baca juga :Cara Membuat Telur Kecap: Resep Sederhana yang Lezat dan Bergizi

Kesimpulan

Pendidikan di Kerajaan Singasari memainkan peran penting dalam perkembangan budaya, agama, dan ilmu pengetahuan di Nusantara. Dengan adanya sistem pendidikan di pasraman dan padepokan, masyarakat Singasari mendapatkan pengetahuan tentang agama, filsafat, keterampilan hidup, dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Sistem pendidikan ini tidak hanya membantu membentuk individu yang berpengetahuan, tetapi juga berkontribusi pada pembentukan pemimpin yang bijaksana dan berkarakter kuat. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, pendidikan di Singasari meninggalkan warisan yang berharga dan berpengaruh pada perkembangan pendidikan di masa-masa berikutnya di Indonesia.

Melalui pendidikan yang holistik dan berbasis nilai spiritual, Kerajaan Singasari berhasil menciptakan masyarakat yang seimbang antara ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan. Ini menjadi salah satu warisan penting yang dapat dipelajari dan diadaptasi dalam sistem pendidikan modern untuk menciptakan generasi yang cerdas, bijaksana, dan berkarakter kuat.

Penulis :rohayda

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *