Riwayat Pendidikan Gus Dur: Perjalanan Seorang Pemikir dan Tokoh Pendidikan
Pendahuluan
Abdurrahman Wahid, atau yang lebih dikenal dengan Gus Dur, adalah salah satu tokoh besar Indonesia yang memberikan kontribusi luar biasa dalam bidang politik, agama, dan tentu saja pendidikan. Sebagai Presiden Indonesia yang ke-4, Gus Dur dikenal dengan pemikirannya yang moderat dan inklusif, serta keberaniannya dalam memperjuangkan hak asasi manusia dan kebebasan beragama. Pendidikan menjadi salah satu aspek penting dalam perjuangan Gus Dur, baik melalui pemikiran akademisnya maupun melalui lembaga pendidikan yang ia dirikan dan kembangkan. Artikel ini akan membahas riwayat pendidikan Gus Dur, perjalanan akademisnya, serta kontribusinya terhadap pendidikan di Indonesia.
Baca juga : Psikologi Pendidikan Kristen: Membangun Karakter dan Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Kristen
1. Latar Belakang Pendidikan Gus Dur
Gus Dur lahir pada 7 September 1940 di Jombang, Jawa Timur, dari keluarga yang sangat terkemuka dalam dunia pendidikan Islam. Ayahnya, KH Wahid Hasyim, adalah Menteri Agama pertama Indonesia, sementara kakeknya, KH Hasyim Asyari, adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Muslim terbesar di Indonesia. Dengan latar belakang keluarga yang begitu kuat dalam dunia pendidikan, Gus Dur tumbuh dalam lingkungan yang sangat memperhatikan pendidikan dan pengembangan intelektual.
Gus Dur memulai pendidikan formalnya di pesantren-pesantren di Indonesia. Namun, untuk memperdalam ilmu pengetahuannya, ia melanjutkan pendidikan ke luar negeri, yang menjadi bagian penting dalam membentuk pandangan dan pemikirannya tentang pendidikan di Indonesia.
2. Pendidikan Formal Gus Dur di Luar Negeri
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di Indonesia, Gus Dur melanjutkan pendidikan ke luar negeri, tepatnya di Mesir. Ia belajar di Al-Azhar University, universitas Islam tertua di dunia yang terkenal dengan pengajaran ilmu agama dan studi Islam yang mendalam. Di Al-Azhar, Gus Dur mengasah ilmu pengetahuan agama Islam serta memperluas wawasan tentang pemikiran-pemikiran modern dalam konteks dunia Islam.
Pada tahun 1960, Gus Dur melanjutkan pendidikannya ke Universitas Baghdad di Irak, di mana ia mempelajari filsafat. Filsafat menjadi salah satu bidang yang sangat mempengaruhi pemikirannya sepanjang hidupnya. Pemahaman Gus Dur mengenai filsafat membantu membentuk pandangannya tentang toleransi, pluralisme, dan demokrasi.
Pendidikan internasional Gus Dur sangat mempengaruhi cara berpikirnya, yang kemudian membentuk sikap inklusif dan terbuka terhadap berbagai pandangan dan kepercayaan. Selain itu, pengalaman Gus Dur di luar negeri juga mempengaruhi cara dia memahami peran pendidikan dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan demokratis.
3. Peran Gus Dur dalam Pendidikan di Indonesia
Setelah menyelesaikan pendidikan di luar negeri, Gus Dur kembali ke Indonesia dan langsung terlibat dalam dunia pendidikan. Salah satu kontribusinya yang sangat signifikan dalam bidang pendidikan adalah pengembangan pesantren dan lembaga pendidikan Islam. Gus Dur selalu memperjuangkan pentingnya pendidikan yang mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum. Ia menyadari bahwa untuk memajukan bangsa, Indonesia membutuhkan sistem pendidikan yang holistik, yang tidak hanya mengutamakan aspek agama, tetapi juga aspek pengetahuan umum yang dapat membawa negara maju dan sejahtera.
Gus Dur mendirikan Pesantren Tebu Ireng di Jombang, yang menjadi salah satu pusat pendidikan Islam yang terkemuka di Indonesia. Pesantren ini tidak hanya mengajarkan agama, tetapi juga memberi ruang untuk pengajaran ilmu pengetahuan umum. Melalui pesantren ini, Gus Dur menekankan pentingnya integrasi antara pendidikan agama dan pendidikan umum, serta pentingnya pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai moderasi dan toleransi.
Di samping itu, Gus Dur juga memiliki peran penting dalam organisasi pendidikan Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU). Sebagai ketua umum NU, Gus Dur memperjuangkan pendidikan yang lebih inklusif dan merata, dengan mendirikan banyak lembaga pendidikan, seperti pesantren dan sekolah-sekolah umum. Ia mendorong agar pendidikan agama tidak hanya diperuntukkan bagi kelompok tertentu, tetapi dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat.
4. Pemikiran Gus Dur tentang Pendidikan
Pemikiran Gus Dur tentang pendidikan sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan pendidikannya di luar negeri. Gus Dur meyakini bahwa pendidikan adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Ia juga menganggap bahwa pendidikan harus menjadi alat untuk menghapuskan ketidakadilan dan kesenjangan sosial di Indonesia. Gus Dur berpendapat bahwa pendidikan yang baik harus mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan, kebebasan beragama, dan demokrasi.
Gus Dur juga mengkritik sistem pendidikan di Indonesia yang lebih berfokus pada pengajaran hafalan tanpa memberikan ruang untuk berpikir kritis. Ia percaya bahwa pendidikan harus memfasilitasi siswa untuk berpikir secara kreatif dan mandiri, bukan hanya untuk mengikuti instruksi tanpa pertanyaan. Ia juga memperjuangkan pendidikan yang tidak diskriminatif dan memperhatikan keberagaman.
Selain itu, Gus Dur menekankan pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan. Ia percaya bahwa pendidikan adalah hak setiap individu, tanpa memandang jenis kelamin, etnis, atau agama. Gus Dur juga mendukung gerakan pemberdayaan perempuan dalam pendidikan, yang menurutnya akan membawa perubahan besar bagi masyarakat.
5. Pengaruh Gus Dur terhadap Kebijakan Pendidikan di Indonesia
Selama menjabat sebagai Presiden Indonesia (1999-2001), Gus Dur memberikan perhatian khusus terhadap sektor pendidikan. Ia berkomitmen untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia dan menjadikannya lebih inklusif. Salah satu kebijakan yang diusungnya adalah desentralisasi pendidikan, yang memberi lebih banyak wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengelola pendidikan di wilayahnya.
Gus Dur juga mengupayakan agar pendidikan di Indonesia lebih berorientasi pada pemberdayaan masyarakat. Ia berpendapat bahwa pendidikan harus mempersiapkan siswa untuk menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga cerdas secara sosial dan emosional. Dalam pandangan Gus Dur, pendidikan adalah alat untuk membentuk karakter dan moralitas siswa, sehingga mereka dapat berkontribusi pada masyarakat dengan cara yang positif.
6. Warisan Gus Dur dalam Dunia Pendidikan
Warisan Gus Dur dalam dunia pendidikan di Indonesia sangatlah besar. Meskipun masa jabatannya sebagai Presiden terbilang singkat, pemikirannya tentang pendidikan terus memengaruhi kebijakan pendidikan di Indonesia hingga saat ini. Gus Dur juga dikenang sebagai seorang pendidik yang tidak hanya berfokus pada aspek akademis, tetapi juga pada pembentukan karakter dan pemahaman tentang nilai-nilai kemanusiaan.
Pesantren-pesantren yang ia dirikan, seperti Pesantren Tebu Ireng, terus berkembang dan menjadi pusat pendidikan yang mengintegrasikan pendidikan agama dan umum. Di samping itu, pemikiran Gus Dur tentang pluralisme dan toleransi juga menjadi bagian integral dari pendidikan di Indonesia, yang menekankan pentingnya rasa saling menghormati dan memahami perbedaan.
Baca juga : Dinas Pendidikan Donggala: Peran, Program, dan Kontribusinya untuk Pendidikan Berkualitas
Kesimpulan
Riwayat pendidikan Gus Dur menunjukkan perjalanan seorang tokoh yang tidak hanya mendalami ilmu agama, tetapi juga mengembangkan pemikiran yang membuka wawasan baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Dengan pemikiran moderatnya, Gus Dur memberikan kontribusi besar dalam memperkenalkan pendidikan yang inklusif, berbasis pada nilai-nilai kemanusiaan dan toleransi. Warisan pendidikan Gus Dur akan terus hidup dalam upaya menciptakan masyarakat Indonesia yang cerdas, beradab, dan penuh kasih sayang terhadap sesama.
Penulis : Tasya olivia