Public Article

Evan Dimas Jadi Pelatih: Menggabungkan Olahraga dan Kesenian Tradisional

Evan Dimas Darmono, salah satu gelandang terbaik yang pernah dimiliki Timnas Indonesia, kini mengambil langkah baru dalam kariernya. Setelah memutuskan hiatus dari sepak bola profesional, Evan Dimas kini berfokus menjadi pelatih di Sekolah Sepak Bola (SSB) Saraswati di Tulungagung, Jawa Timur. Keputusannya ini mengejutkan banyak pihak, terutama para penggemarnya yang masih berharap melihatnya beraksi di Liga 1.

Perjalanan Karier Evan Dimas di Sepak Bola

Evan Dimas memulai karier profesionalnya dengan penuh gemilang. Lahir di Surabaya pada 13 Maret 1995, ia dikenal sebagai pemain bertalenta yang memiliki visi bermain luar biasa. Namanya mulai dikenal publik saat membawa Timnas Indonesia U-19 meraih gelar juara Piala AFF U-19 pada 2013.

Setelah sukses di level junior, Evan Dimas melanjutkan karier profesionalnya dengan bergabung ke berbagai klub besar di Indonesia, termasuk Persebaya Surabaya, Bhayangkara FC, dan Persik Kediri. Ia bahkan sempat berkarier di luar negeri bersama Selangor FA di Malaysia. Dengan pengalaman yang kaya, kini ia membawa ilmunya untuk melatih generasi muda.

Fokus Melatih di SSB Saraswati

Setelah kontraknya dengan Persik Kediri berakhir, Evan Dimas memilih untuk rehat dari sepak bola profesional dan fokus melatih anak-anak muda di SSB Saraswati. Di sana, ia tidak hanya mengajarkan teknik dan strategi bermain bola, tetapi juga menanamkan filosofi sepak bola indah yang menjadi ciri khas permainannya.

Menurut Evan, sepak bola bukan sekadar olahraga fisik, tetapi juga seni yang memerlukan kreativitas dan kecerdasan. Oleh karena itu, dalam metode latihannya, ia sering menggabungkan unsur seni dan budaya tradisional untuk meningkatkan kelincahan dan koordinasi para pemain muda.

Menggabungkan Olahraga dengan Kesenian Tradisional

Salah satu metode unik yang diterapkan Evan Dimas adalah memasukkan unsur kesenian tradisional dalam latihan sepak bola. Hal ini terinspirasi dari filosofi permainan sepak bola indah yang memadukan kecepatan, ketepatan, dan koordinasi.

Evan percaya bahwa seni tradisional seperti pencak silat dan tari Jawa dapat membantu para pemain muda dalam mengembangkan fleksibilitas serta keseimbangan tubuh. “Dengan belajar seni gerak seperti pencak silat, anak-anak bisa lebih cepat dalam melakukan gerakan menghindar dan menjaga keseimbangan saat bertanding,” ujar Evan dalam salah satu sesi latihan.

Selain itu, ia juga mengajarkan nilai-nilai disiplin dan kerja sama tim yang diadaptasi dari budaya Jawa. Dengan pendekatan ini, Evan ingin membentuk karakter pemain muda yang tidak hanya hebat di lapangan, tetapi juga memiliki mentalitas kuat.

Masa Depan Evan Dimas di Dunia Sepak Bola

Keputusan Evan Dimas untuk fokus melatih tentu menimbulkan pertanyaan, apakah ia akan kembali bermain di Liga 1? Menanggapi hal ini, Evan menyatakan bahwa saat ini ia belum memiliki rencana untuk kembali ke lapangan hijau sebagai pemain profesional.

“Saat ini saya fokus ke SSB Saraswati. Saya nggak tahu kapan akan kembali jadi pemain sepak bola. Saya belum kepikiran untuk itu,” ungkap Evan.

Namun, melihat kualitas dan pengalaman yang dimilikinya, tidak menutup kemungkinan bahwa suatu saat ia akan kembali ke dunia sepak bola profesional, baik sebagai pemain maupun pelatih di level yang lebih tinggi.

Kesimpulan

Keputusan Evan Dimas untuk beralih menjadi pelatih merupakan langkah besar yang menunjukkan dedikasinya terhadap perkembangan sepak bola Indonesia. Dengan menggabungkan metode pelatihan modern dan nilai-nilai budaya tradisional, ia berupaya menciptakan pemain muda yang tidak hanya kuat secara fisik, tetapi juga memiliki mental dan karakter yang tangguh.

Bagi para penggemar sepak bola Indonesia, perjalanan baru Evan Dimas ini tentu menjadi inspirasi bahwa sepak bola bukan hanya sekadar permainan, tetapi juga sarana untuk membentuk generasi muda yang berprestasi. Kini, tinggal menunggu apakah Evan suatu hari nanti akan kembali beraksi di Liga 1 atau bahkan berkarier sebagai pelatih di level yang lebih tinggi.

tri kurnia aji m.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *