ASEAN Kehilangan Wakil di Perempat Final Piala Asia U-20 2025

Asia Tenggara (ASEAN) kembali mengalami kekecewaan di ajang Piala Asia U-20 2025 yang digelar di China. Tidak ada satu pun wakil dari kawasan ini yang berhasil menembus babak perempat final setelah Timnas U-20 Indonesia dan Timnas U-20 Thailand tersingkir di fase grup.

Indonesia dan Thailand, dua tim yang digadang-gadang sebagai kekuatan utama sepak bola ASEAN, harus angkat koper lebih awal setelah mengalami dua kekalahan beruntun di babak penyisihan grup. Tim Garuda Muda kalah 1-3 dari Uzbekistan di laga kedua Grup C, sementara Thailand mengalami kekalahan telak 1-4 dari Korea Selatan.

Ketimpangan Kualitas ASEAN dengan Asia

Hasil ini semakin menegaskan kesenjangan kualitas antara sepak bola ASEAN dan Asia secara keseluruhan. Meski Indonesia dan Thailand tampil dominan di level Asia Tenggara—dengan status sebagai juara dan runner-up Piala AFF U-19 2024—mereka masih kesulitan untuk bersaing di tingkat Asia.

Dibandingkan dengan negara-negara kuat seperti Jepang, Korea Selatan, dan Uzbekistan, tim-tim ASEAN masih memiliki banyak aspek yang perlu diperbaiki, mulai dari taktik permainan, stamina, hingga mental bertanding di turnamen besar.

Jejak Kejayaan ASEAN di Piala Asia U-20

Meski saat ini sulit bersaing di level Asia, sepak bola ASEAN sebenarnya pernah mengalami masa kejayaan di Piala Asia U-20. Hingga saat ini, negara-negara Asia Tenggara telah mengoleksi 10 gelar juara di turnamen ini:

  1. Myanmar (6 Gelar) – 1961, 1963, 1964, 1966, 1967, 1970
  2. Thailand (2 Gelar) – 1962, 1969
  3. Indonesia (1 Gelar) – 1961
  4. Malaysia (1 Gelar) – 1960

Namun, sejak era 1970-an, dominasi ASEAN di Piala Asia U-20 mulai memudar. Kompetisi semakin didominasi oleh tim-tim dari Timur Tengah dan Asia Timur seperti Jepang, Korea Selatan, Iran, dan Arab Saudi.

Faktor Penurunan Prestasi ASEAN di Piala Asia U-20

Ada beberapa faktor yang menyebabkan negara-negara ASEAN sulit bersaing di Piala Asia U-20 dalam beberapa dekade terakhir:

1. Kurangnya Pembinaan Pemain Muda yang Konsisten

Negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan telah membangun sistem pembinaan pemain muda yang kuat, termasuk akademi sepak bola berkualitas tinggi dan liga usia dini yang kompetitif. Sementara itu, negara-negara ASEAN masih berjuang untuk menciptakan ekosistem yang serupa.

2. Minimnya Pengalaman Bertanding di Kompetisi Besar

Kompetisi di Asia Tenggara cenderung memiliki intensitas dan kualitas yang lebih rendah dibandingkan dengan level Asia. Hal ini membuat pemain ASEAN kurang terbiasa menghadapi tekanan tinggi di turnamen seperti Piala Asia U-20.

3. Kualitas Infrastruktur dan Liga Domestik

Negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan bahkan Uzbekistan memiliki liga domestik yang lebih kompetitif dan berorientasi pada pengembangan pemain muda. Liga di ASEAN, meskipun berkembang, masih tertinggal dalam hal fasilitas, pelatihan, dan daya saing.

Harapan untuk Masa Depan Sepak Bola ASEAN

Meskipun saat ini masih tertinggal, bukan berarti sepak bola ASEAN tidak memiliki harapan. Beberapa langkah yang bisa diambil untuk kembali bersaing di level Asia antara lain:

  • Meningkatkan investasi dalam akademi sepak bola agar pemain muda bisa berkembang sejak usia dini dengan metode pelatihan modern.
  • Mengikuti lebih banyak turnamen internasional untuk membiasakan pemain menghadapi tim-tim kuat dari luar kawasan.
  • Meningkatkan kualitas liga domestik agar lebih kompetitif dan menarik minat pemain muda berbakat untuk berkembang di dalam negeri.
  • Mendatangkan pelatih berkualitas dari luar negeri yang dapat membawa ilmu baru dalam pengembangan sepak bola usia muda.

Kesimpulan

Meskipun Asia Tenggara pernah berjaya di Piala Asia U-20, era dominasi kawasan ini sudah lama berlalu. Dengan tersingkirnya Indonesia dan Thailand di fase grup edisi 2025, semakin jelas bahwa masih ada kesenjangan besar antara ASEAN dan negara-negara elite Asia lainnya.

Namun, dengan strategi yang tepat dan investasi yang berkelanjutan, sepak bola ASEAN masih memiliki peluang untuk bangkit dan kembali bersaing di level tertinggi. Pertanyaannya, seberapa besar keseriusan negara-negara ASEAN untuk benar-benar melakukan perubahan?

penulis zanuar farel cristian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *