Ilmuwan Ciptakan “Tikus Berbulu” dengan Ciri Seperti Mamut: Langkah Besar Menuju Kebangkitan Spesies Punah?
Ilmuwan dari Colossal Biosciences baru-baru ini menciptakan tikus laboratorium hasil rekayasa genetika yang memiliki beberapa karakteristik fisik menyerupai mamut berbulu. Dengan kumis melengkung dan rambut tebal serta bergelombang, tikus ini menunjukkan kemungkinan bagi para ilmuwan untuk membangkitkan spesies yang telah punah, seperti mamut yang hilang dari muka bumi sekitar 4.000 tahun lalu.
Rekayasa Genetika: Langkah Awal Menuju Kebangkitan Mamut?
Colossal Biosciences, sebuah perusahaan bioteknologi yang berbasis di Dallas, berambisi menghidupkan kembali mamut berbulu dengan teknologi penyuntingan gen canggih. Meskipun mamut telah lama punah, DNA mereka masih bisa ditemukan dalam fosil yang terawetkan di es Arktik. Dengan memanfaatkan teknologi CRISPR dan alat rekayasa gen lainnya, ilmuwan berharap dapat mengembalikan sifat-sifat unik mamut pada spesies yang masih hidup, seperti gajah Asia.
Dalam penelitian terbaru ini, para ilmuwan berhasil menciptakan tikus dengan ciri-ciri unik seperti mamut melalui penyuntingan beberapa gen yang terkait dengan pertumbuhan rambut dan adaptasi tubuh terhadap iklim dingin. Hal ini menjadi bukti bahwa pendekatan mereka dalam menghidupkan kembali sifat-sifat yang telah lama hilang dapat berhasil.
Bagaimana Tikus Berbulu Diciptakan?
Para peneliti dari Colossal mengidentifikasi varian genetik yang membedakan mamut berbulu dari kerabat terdekatnya, gajah Asia. Mereka kemudian menemukan 10 varian gen yang berpengaruh terhadap panjang rambut, ketebalan, tekstur, warna, serta lemak tubuh yang sesuai dengan karakteristik mamut. Setelah itu, mereka melakukan penyuntingan gen menggunakan teknologi mutakhir untuk menerapkan varian gen tersebut pada tikus laboratorium.
Beberapa gen kunci yang diedit meliputi:
- FGF5 (Fibroblast Growth Factor 5): Mengontrol siklus pertumbuhan rambut sehingga menciptakan rambut yang lebih panjang dan lebat.
- MC1R (Melanocortin 1 Receptor): Mengatur produksi melanin, yang menghasilkan perubahan warna bulu tikus menjadi lebih terang.
- Gen Folikel Rambut: Mengubah struktur rambut sehingga lebih bergelombang dan berbulu seperti wol, menyerupai tekstur rambut mamut berbulu.
Dengan total delapan penyuntingan gen yang dilakukan secara bersamaan, para ilmuwan berhasil menciptakan tikus berbulu yang memiliki ciri-ciri menyerupai mamut.
Apa Implikasi Penelitian Ini?
Keberhasilan eksperimen ini membuka peluang besar dalam dunia bioteknologi, khususnya dalam bidang de-extinction atau kebangkitan spesies yang telah punah. Jika teknologi ini terus dikembangkan, kemungkinan untuk menghidupkan kembali mamut berbulu menjadi semakin nyata.
Namun, beberapa ilmuwan juga menyoroti tantangan etis dan ekologis dari proyek semacam ini. Apakah mamut yang berhasil “dihidupkan kembali” benar-benar bisa beradaptasi dengan lingkungan saat ini? Bagaimana dampaknya terhadap ekosistem modern? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang masih perlu dijawab sebelum proyek ini bisa diwujudkan sepenuhnya.
Love DalĂ©n, seorang profesor genomik evolusi dari Universitas Stockholm, menyatakan bahwa penelitian ini merupakan “bukti prinsip” bahwa Colossal memiliki kemampuan untuk melakukan penyuntingan gen kompleks. Meskipun masih jauh dari menciptakan mamut berbulu yang sebenarnya, keberhasilan ini menandai langkah awal yang menjanjikan.
Masa Depan Proyek Kebangkitan Mamut
Colossal Biosciences tidak berhenti hanya pada eksperimen ini. Perusahaan tersebut sedang mengembangkan pendekatan serupa untuk menghidupkan kembali mamut berbulu dengan mengedit DNA gajah Asia sehingga lebih menyerupai mamut. Mereka berharap bahwa dalam beberapa tahun ke depan, versi hibrida dari mamut dapat lahir di laboratorium mereka.
Selain mamut, Colossal juga memiliki rencana ambisius untuk menghidupkan kembali spesies lain yang telah punah, termasuk burung dodo dan harimau Tasmania. Dengan kemajuan pesat dalam teknologi penyuntingan gen, mungkin suatu hari nanti kita akan melihat hewan-hewan yang pernah punah kembali berjalan di bumi.
Namun, apakah kita benar-benar siap untuk menyambut era kebangkitan spesies punah? Waktu akan menjawabnya.
Penulis: M. Rizki