Gunung Semeru Kembali Erupsi, Warga Diminta Waspada

Gunung Semeru yang terletak di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kembali mengalami erupsi pada Rabu (12/3/2025) pukul 05.49 WIB. Letusan kali ini menghasilkan kolom abu setinggi 1.000 meter atau 1 kilometer di atas puncak kawah. Abu vulkanik yang dimuntahkan tampak berwarna kelabu pekat dengan intensitas tebal dan bergerak condong ke arah timur.

Erupsi ini tidak hanya terdengar di sekitar kawasan gunung, tetapi juga terekam oleh alat seismograf di Pos Pengamatan Gunung Api Semeru. Data mencatat amplitudo sebesar 22 mm dengan durasi letusan mencapai 126 detik. Hingga saat ini, status Gunung Semeru masih berada di level 2 atau “Waspada”.

Dampak Erupsi Gunung Semeru

Sebagai salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia, setiap aktivitas vulkanik Semeru berpotensi mempengaruhi masyarakat sekitar. Erupsi yang terjadi pagi ini memunculkan beberapa dampak, baik langsung maupun tidak langsung, antara lain:

  1. Penyebaran Abu Vulkanik
    Abu vulkanik yang terbawa angin ke arah timur berpotensi mengganggu kesehatan masyarakat, terutama mereka yang memiliki penyakit pernapasan seperti asma. Oleh karena itu, warga yang tinggal di sekitar lereng Semeru disarankan untuk menggunakan masker dan kacamata pelindung saat beraktivitas di luar rumah.
  2. Peningkatan Aktivitas Seismik
    Aktivitas vulkanik yang terekam di seismograf menunjukkan bahwa Semeru masih dalam kondisi aktif. Potensi erupsi susulan atau guguran lava pijar tetap harus diwaspadai, terutama bagi warga yang tinggal di daerah rawan bencana.
  3. Ancaman Awan Panas dan Lahar Dingin
    Erupsi Gunung Semeru kerap disertai dengan guguran awan panas yang dapat meluncur dengan cepat hingga ke pemukiman warga. Selain itu, material vulkanik yang menumpuk di puncak gunung dapat terbawa air hujan dan memicu lahar dingin yang mengancam sungai-sungai di sekitar Lumajang.

Imbauan kepada Warga

Berdasarkan laporan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), masyarakat diminta untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius 8 kilometer dari puncak Gunung Semeru. Langkah ini bertujuan untuk menghindari risiko terkena guguran material vulkanik, awan panas, maupun kemungkinan erupsi susulan yang lebih besar.

Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Ghufron Alwi, menyampaikan bahwa warga harus tetap waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang.

“Kami mengimbau agar tidak melakukan aktivitas sejauh 8 km dari puncak Gunung Semeru. Selain itu, warga juga harus mewaspadai aliran lahar di sepanjang sungai yang berhulu dari gunung ini,” kata Ghufron.

Masyarakat yang tinggal di sekitar lereng gunung juga diharapkan untuk segera mengungsi jika kondisi semakin memburuk. Pemerintah daerah telah menyiapkan posko pengungsian dan bantuan logistik bagi warga yang terdampak.

Sejarah Erupsi Gunung Semeru

Gunung Semeru, yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl), dikenal sebagai gunung berapi paling aktif di Pulau Jawa. Sejak abad ke-19, Semeru telah mengalami berbagai letusan dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda.

Beberapa letusan besar yang pernah terjadi antara lain:

  1. Erupsi Tahun 1941-1942
    Letusan ini merupakan salah satu yang paling besar, di mana Semeru memuntahkan material vulkanik dalam jumlah besar dan menyebabkan kerusakan di sekitar lereng gunung.
  2. Erupsi Tahun 2021
    Pada Desember 2021, Gunung Semeru mengalami erupsi besar yang menyebabkan banjir lahar dingin dan awan panas guguran. Ratusan rumah hancur, puluhan warga meninggal dunia, dan ribuan lainnya terpaksa mengungsi.
  3. Erupsi Tahun 2023
    Pada Juli 2023, Semeru kembali erupsi dengan lontaran abu vulkanik setinggi 2 kilometer. Beberapa desa mengalami hujan abu yang cukup lebat, tetapi tidak menimbulkan korban jiwa.

Erupsi yang terjadi hari ini merupakan bagian dari siklus aktivitas vulkanik Gunung Semeru yang terus dipantau oleh para ahli.

Langkah-Langkah Mitigasi Bencana

Menghadapi ancaman erupsi gunung berapi seperti Semeru, langkah-langkah mitigasi sangat penting untuk dilakukan. Berikut beberapa tindakan yang perlu diperhatikan oleh masyarakat dan pemerintah:

  1. Peningkatan Sistem Peringatan Dini
    Pemerintah dan PVMBG perlu meningkatkan sistem peringatan dini agar warga bisa mendapatkan informasi secepat mungkin saat terjadi peningkatan aktivitas vulkanik.
  2. Edukasi dan Simulasi Evakuasi
    Masyarakat di sekitar Gunung Semeru perlu mendapatkan edukasi tentang bagaimana menghadapi situasi darurat saat terjadi erupsi. Simulasi evakuasi harus dilakukan secara berkala agar warga siap jika sewaktu-waktu harus mengungsi.
  3. Penyediaan Tempat Evakuasi yang Memadai
    Pemerintah daerah harus memastikan bahwa tempat-tempat evakuasi telah disiapkan dengan fasilitas yang cukup, termasuk air bersih, makanan, dan obat-obatan.
  4. Pemantauan Aktivitas Gunung Berapi Secara Intensif
    Para ahli vulkanologi terus melakukan pemantauan terhadap aktivitas Gunung Semeru untuk memberikan informasi terkini mengenai potensi bahaya yang dapat terjadi.

Kesimpulan

Erupsi Gunung Semeru yang terjadi pagi ini menunjukkan bahwa gunung ini masih dalam kondisi aktif dan berpotensi mengalami letusan susulan. Warga di sekitar Semeru diminta untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang guna menghindari risiko lebih besar.

Dengan langkah-langkah mitigasi yang tepat, dampak dari letusan gunung berapi dapat diminimalisir sehingga keselamatan warga tetap terjaga. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama dalam menghadapi bencana ini agar tidak menimbulkan korban jiwa maupun kerugian yang lebih besar.


Penulis: RESTUU

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *