Menjadi orang tua adalah perjalanan panjang yang penuh tantangan, apalagi di zaman sekarang yang serba cepat dan penuh tekanan. Tak cukup hanya membekali anak dengan kecerdasan akademik, tetapi juga karakter yang kuat. Dua hal yang sangat penting untuk masa depan anak adalah ketangguhan (resilience) dan empati. Keduanya menjadi bekal penting agar anak mampu menghadapi tantangan hidup tanpa mudah menyerah, sekaligus tetap peduli pada orang lain.

Anak yang tangguh akan lebih mudah bangkit saat mengalami kegagalan. Sementara anak yang berempati akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak hanya sukses secara pribadi, tetapi juga membawa kebaikan bagi lingkungan sekitarnya. Lantas, bagaimana caranya mendidik anak agar punya dua karakter penting ini sejak dini?


Apa Itu Anak Tangguh dan Kenapa Penting?

Ketangguhan bukan berarti anak tidak pernah merasa sedih atau kecewa. Sebaliknya, anak tangguh adalah mereka yang tahu bagaimana mengelola emosi negatif, belajar dari kegagalan, dan tetap mencoba lagi. Anak yang tangguh biasanya lebih mandiri, percaya diri, dan punya kontrol diri yang baik.

Mengajarkan ketangguhan bisa dimulai dari hal-hal kecil di rumah. Misalnya, tidak langsung menolong saat anak mengalami kesulitan, tapi mendampingi mereka untuk mencari solusi sendiri. Atau membiarkan anak menyelesaikan tugasnya sampai selesai, meski prosesnya lebih lama.

Beberapa kebiasaan yang bisa membentuk ketangguhan anak:

  • Biarkan anak mencoba dan gagal. Kegagalan adalah bagian dari proses belajar.
  • Ajarkan anak untuk menyelesaikan masalah sendiri. Berikan panduan, bukan solusi instan.
  • Berikan pujian pada usaha, bukan hanya hasil. Ini akan memotivasi anak untuk terus berproses.
  • Jadilah contoh yang kuat. Anak belajar dari cara orang tua menghadapi masalah.

Bagaimana Menumbuhkan Empati pada Anak?

Empati bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja. Ini adalah keterampilan sosial yang harus diajarkan dan dipraktikkan terus menerus. Anak yang berempati mampu memahami perasaan orang lain dan bertindak dengan penuh kasih sayang. Ini penting, apalagi di era digital yang sering membuat anak kurang peka karena terlalu fokus pada gadget atau diri sendiri.

Berikut beberapa cara sederhana untuk menumbuhkan empati pada anak:

  1. Ajarkan anak mengenali dan menamai emosinya. Anak yang paham emosinya sendiri akan lebih mudah memahami emosi orang lain.
  2. Gunakan cerita atau buku sebagai media belajar. Saat membaca cerita, tanyakan, “Menurut kamu, bagaimana perasaan tokohnya?”
  3. Libatkan anak dalam kegiatan sosial. Ajak anak berbagi, membantu orang lain, atau sekadar peduli pada teman yang sedang sedih.
  4. Tunjukkan empati dalam keseharian. Ucapkan “Terima kasih,” “Maaf,” dan “Apa yang bisa Mama bantu?” agar anak terbiasa mengungkapkan perhatian.

Apa yang Harus Dihindari Saat Mendidik Anak Jadi Tangguh dan Berempati?

Seringkali, niat baik orang tua justru menghasilkan efek sebaliknya. Misalnya, terlalu sering “menyelamatkan” anak dari kesulitan, atau malah terlalu keras saat ingin membentuk mental tangguh.

Beberapa kesalahan umum yang sebaiknya dihindari:

  • Terlalu cepat membantu. Jika anak terus dibantu setiap kali kesulitan, mereka tidak belajar mandiri dan jadi mudah menyerah.
  • Mengabaikan perasaan anak. Saat anak sedih atau kecewa, jangan langsung mengatakan “Udah, itu mah biasa.” Dengarkan dulu, validasi emosinya.
  • Menuntut terlalu tinggi tanpa memberi dukungan. Anak memang perlu ditantang, tapi tetap dalam batas kemampuan dan dengan pendampingan yang cukup.
  • Menghakimi saat anak berbuat salah. Ajarkan anak untuk bertanggung jawab, bukan takut dihukum.

Kapan Sebaiknya Mulai Mengajarkan Nilai-Nilai Ini?

Jawabannya: sejak dini! Bahkan anak usia balita pun sudah bisa diajarkan soal empati dan ketangguhan. Semakin awal dikenalkan, semakin alami nilai-nilai ini tertanam dalam diri anak.

Kebiasaan kecil seperti memberi anak tugas ringan, mengajak mereka meminta maaf, atau berdiskusi soal perasaan bisa jadi langkah awal yang sederhana namun berdampak besar. Kuncinya adalah konsistensi dan keteladanan.


Penutup: Anak Hebat Lahir dari Pola Asuh yang Penuh Kasih dan Ketegasan

Setiap orang tua pasti ingin anaknya tumbuh jadi pribadi yang kuat dan peduli. Tapi perlu diingat, membentuk karakter tidak bisa instan. Butuh proses, kesabaran, dan komitmen. Anak tangguh dan berempati lahir dari rumah yang memberi ruang untuk gagal, belajar, merasakan, dan tumbuh.

Jadi, jangan ragu untuk memberikan anak kesempatan menghadapi tantangan dan memahami perasaan orang lain. Dengan cara ini, kita tidak hanya mendidik anak yang siap menghadapi dunia, tapi juga anak yang mampu membuat dunia jadi tempat yang lebih baik.

Penulis: AFIRA FARIDA FITRIANI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *