7 Cara Menghindari Toxic Positivity

Toxic positivity adalah fenomena di mana seseorang merasa tertekan untuk selalu berpikir positif, bahkan ketika mereka merasa cemas, sedih, atau tertekan. Tentu saja, berpikir positif memiliki banyak manfaat, tetapi ketika itu dipaksakan, bisa berdampak negatif bagi kesehatan mental kita. Terus-menerus menekan perasaan negatif tanpa memberi ruang untuk merasakannya bisa menyebabkan stres yang lebih besar dan bahkan masalah psikologis. Lalu, bagaimana cara menghindari toxic positivity dan menjaga keseimbangan emosi dalam hidup kita? Simak beberapa tips berikut ini.
Apa Itu Toxic Positivity dan Mengapa Harus Dihindari?
Toxic positivity adalah dorongan atau harapan agar kita selalu positif dan bahagia, terlepas dari kondisi yang kita hadapi. Hal ini sering kali muncul dalam interaksi sosial atau bahkan dari diri kita sendiri. Misalnya, ketika seseorang sedang merasa sedih atau tertekan, dan orang lain memberi nasihat seperti “Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan, tetap positif saja!” atau “Pikirkan hal-hal baik saja.” Meski niatnya mungkin baik, hal ini justru bisa mengabaikan perasaan yang sedang dirasakan oleh individu tersebut.
Mengapa kita perlu menghindari toxic positivity?
- Mengabaikan Perasaan Sebenarnya: Dengan terus-menerus menekan perasaan negatif, kita justru mengabaikan perasaan sejati yang perlu dihadapi dan diproses.
- Menghambat Proses Penyembuhan: Ketika perasaan negatif ditekan, itu justru memperpanjang proses penyembuhan mental. Mengakui emosi kita membantu kita untuk sembuh lebih cepat.
- Meningkatkan Rasa Bersalah: Toxic positivity bisa membuat seseorang merasa bersalah karena merasa mereka tidak cukup berusaha untuk tetap positif, bahkan ketika perasaan negatif itu sah untuk dirasakan.
Baca juga : Cara Menjadi Content Creator Sukses dari Nol: Panduan Lengkap untuk Pemula
Bagaimana Cara Menghindari Toxic Positivity dalam Kehidupan Sehari-hari?
Menghindari toxic positivity tidak berarti kita harus selalu terjebak dalam perasaan negatif. Sebaliknya, itu berarti memberi ruang untuk merasakan emosi kita dengan cara yang sehat. Berikut adalah beberapa cara untuk menghindari toxic positivity dalam kehidupan sehari-hari.
1. Terima Emosi Negatif dengan Lapang Dada
Alih-alih menekan atau mengabaikan perasaan cemas, sedih, atau marah, cobalah untuk menerima perasaan-perasaan tersebut. Menyadari bahwa perasaan negatif adalah bagian dari pengalaman manusia dan tidak perlu ditanggapi dengan rasa bersalah atau malu akan membantu Anda untuk lebih mudah menghadapinya.
2. Berbicara Tentang Perasaan Anda dengan Orang Terpercaya
Mencurahkan perasaan kepada seseorang yang bisa mendengarkan dengan empati adalah langkah pertama untuk mengatasi perasaan negatif. Teman atau keluarga yang memahami perasaan Anda tanpa menghakimi bisa membantu Anda merasa lebih lega.
3. Hargai Proses Penyembuhan
Penyembuhan emosional membutuhkan waktu. Tidak ada salahnya untuk merasakan kesedihan atau kekecewaan, dan itu bukan tanda kelemahan. Berikan diri Anda izin untuk merasakan emosi yang datang tanpa merasa terburu-buru untuk ‘sembuh’ atau ‘move on’.
Apa Saja Tanda-Tanda Toxic Positivity dalam Interaksi Sosial?
Toxic positivity bisa datang dalam berbagai bentuk dalam interaksi sosial. Sering kali, kita merasa tertekan untuk berpura-pura bahagia atau positif di depan orang lain, meskipun kita merasa sebaliknya. Untuk menghindarinya, kita perlu menyadari tanda-tanda toxic positivity dalam komunikasi kita sehari-hari.
1. Mengabaikan Perasaan Orang Lain
Toxic positivity sering terjadi ketika kita mencoba menghibur orang lain dengan mengatakan hal-hal seperti “Itu cuma fase, semuanya akan baik-baik saja.” Meskipun niatnya untuk menghibur, kalimat tersebut dapat membuat orang merasa perasaan mereka tidak valid.
2. Memberikan Nasihat Positif yang Tidak Diminta
Memberikan nasihat seperti “Pikirkan hal-hal yang lebih baik!” atau “Jangan terlalu banyak berpikir negatif!” bisa terasa menghakimi dan mengabaikan kenyataan emosional yang dihadapi seseorang. Sebaliknya, lebih baik untuk mendengarkan dan memberi ruang bagi orang tersebut untuk berbicara tentang perasaan mereka.
3. Terlalu Fokus pada Kewajiban untuk Selalu Bahagia
Terkadang, kita merasa harus selalu positif agar diterima oleh orang lain. Ini bisa muncul dalam tekanan sosial atau dari diri kita sendiri. Namun, ini bisa menjadi beban yang tidak perlu. Menghargai bahwa tidak setiap hari kita merasa bahagia adalah hal yang wajar.
Baca juga : Zero Day Attack: Ancaman Berbahaya yang Tak Terduga
Bagaimana Cara Mengelola Positivity secara Sehat?
Meskipun kita sebaiknya menghindari toxic positivity, tetap berpikir positif juga penting untuk kesejahteraan mental kita. Lalu, bagaimana cara mengelola positivity secara sehat?
1. Fokus pada Solusi, Bukan Sekadar Positif
Daripada hanya mengatakan “Semua akan baik-baik saja”, fokuskan pikiran Anda pada langkah-langkah praktis yang bisa dilakukan untuk memperbaiki situasi. Ini membantu mengubah perasaan tidak berdaya menjadi rasa kontrol atas keadaan.
2. Berlatih Bersyukur Setiap Hari
Berfokus pada hal-hal positif dalam hidup, meskipun itu hal kecil, bisa membawa kebahagiaan. Namun, penting untuk tidak memaksa diri untuk merasa bersyukur jika Anda sedang kesulitan. Bersyukur harus datang dengan hati yang ikhlas, bukan karena tekanan.
3. Seimbangkan Antara Positif dan Realitas
Menghadapi masalah dengan optimisme itu penting, tetapi juga harus realistis. Kenali kenyataan yang ada, dan beri ruang untuk perasaan negatif yang muncul. Dengan cara ini, Anda akan bisa mengelola perasaan dengan lebih sehat.
Penulis : Eka Asmara