Dalam keseharian, kita sering bertemu dengan orang yang terlihat ceria dan tersenyum, namun di balik senyum mereka menyimpan emosi atau perasaan yang sebenarnya. Fenomena ini dikenal dengan istilah eccedentesiast. Namun, apa itu eccedentesiast, dan mengapa seseorang memilih untuk menyembunyikan perasaannya dengan senyuman? Artikel ini akan membahas asal-usul istilah ini, alasan mengapa orang bisa menjadi eccedentesiast, dan bagaimana mengatasinya.
Contents
Apa Itu Eccedentesiast?
Eccedentesiast adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang sering tersenyum atau tampak ceria di depan orang lain, meskipun sebenarnya menyembunyikan perasaan atau emosi yang mendalam. Kata ini berasal dari bahasa Latin “eccedentes”, yang berarti “tersenyum”, dan “iast”, yang menambahkan konotasi tindakan seseorang yang sering melakukannya.
Dalam konteks psikologi, eccedentesiast sering dikaitkan dengan orang yang memilih untuk menyembunyikan rasa sedih, cemas, atau emosi negatif lainnya. Mereka lebih memilih senyuman untuk menutupi perasaan sebenarnya karena alasan tertentu, seperti ketidaknyamanan untuk menunjukkan kelemahan atau keinginan untuk menjaga suasana tetap baik.
Asal-Usul dan Penggunaan Istilah Eccedentesiast
Istilah eccedentesiast mungkin tidak begitu dikenal di kalangan umum, namun konsep ini sering dijumpai dalam budaya populer. Kata ini pertama kali muncul dalam karya-karya sastra dan seni yang menggambarkan orang-orang dengan perasaan yang tertutup di balik senyum mereka. Misalnya, karakter Joker dalam komik dan film Batman bisa digambarkan sebagai eccedentesiast, karena meski terlihat selalu tersenyum, ada perasaan dan trauma mendalam yang ia sembunyikan.
Selain itu, budaya “smiling depression” atau depresi yang terselubung oleh senyuman telah menjadi semakin dikenal. Banyak orang mulai menyadari bahwa tidak semua senyuman mencerminkan kebahagiaan. Di era media sosial, fenomena ini semakin meningkat, di mana banyak orang hanya menampilkan hal-hal baik dan kebahagiaan, sementara masalah pribadi mereka disembunyikan.
Baca juga: Jengkol: Manfaat, Nutrisi, dan Cara Konsumsi yang Sehat
Mengapa Seseorang Menjadi Eccedentesiast?
Terdapat berbagai alasan mengapa seseorang menjadi eccedentesiast. Beberapa faktor penyebabnya antara lain:
1. Ketakutan Akan Penilaian Orang Lain
Banyak orang yang tidak nyaman menunjukkan emosi sebenarnya karena takut akan penilaian dari orang lain. Mereka merasa menunjukkan kelemahan atau masalah pribadi dapat membuat mereka terlihat lemah atau tidak profesional, terutama di lingkungan kerja atau pergaulan sosial yang kompetitif.
2. Ingin Menjaga Perasaan Orang Lain
Sebagian orang memilih menjadi eccedentesiast karena ingin menjaga perasaan orang lain. Mereka tidak ingin membebani orang-orang terdekat dengan masalah pribadi atau perasaan negatif mereka. Mereka merasa bahwa senyuman bisa membantu menjaga suasana tetap nyaman dan positif.
3. Budaya dan Kebiasaan Pribadi
Di beberapa budaya, menampilkan emosi negatif di depan umum dianggap tabu atau tidak pantas. Orang-orang dari latar belakang budaya ini mungkin lebih cenderung menyembunyikan perasaan mereka dengan senyuman. Selain itu, mereka yang terbiasa untuk kuat secara emosional juga mungkin memilih untuk tidak memperlihatkan kelemahan atau kesedihan mereka.
4. Menghindari Konfrontasi atau Masalah
Bagi sebagian orang, tersenyum adalah cara untuk menghindari konfrontasi atau masalah. Ketika seseorang menghadapi situasi sulit atau tegang, senyuman bisa menjadi cara untuk menenangkan keadaan atau menghindari pertikaian. Ini adalah bentuk coping mechanism yang dianggap lebih mudah daripada mengungkapkan perasaan sebenarnya.
Dampak Menjadi Eccedentesiast Terhadap Kesehatan Mental
Menjadi eccedentesiast mungkin terlihat sederhana, tetapi dampaknya terhadap kesehatan mental cukup signifikan. Beberapa efek yang mungkin dirasakan oleh para eccedentesiast antara lain:
1. Tekanan Emosional yang Meningkat
Ketika seseorang menyimpan perasaan negatif dalam jangka waktu yang lama, tekanan emosional dapat meningkat. Hal ini bisa memicu kecemasan, stres, dan bahkan depresi. Menyembunyikan perasaan sebenarnya bisa membuat seseorang merasa kesepian dan tidak ada dukungan, meskipun ia berada di sekitar banyak orang.
2. Kesulitan dalam Mengungkapkan Diri
Orang yang terbiasa menjadi eccedentesiast sering kali kesulitan dalam mengungkapkan perasaan mereka. Kebiasaan menutupi emosi dengan senyuman membuat mereka sulit untuk jujur dengan diri sendiri dan orang lain. Hal ini bisa menghambat proses pemulihan dari emosi negatif yang mereka rasakan.
3. Hubungan Sosial yang Tidak Sehat
Menjadi eccedentesiast bisa mempengaruhi hubungan sosial seseorang. Orang lain mungkin melihat mereka sebagai orang yang selalu bahagia, tetapi ketika kenyataannya terbongkar, hal ini bisa membuat hubungan menjadi renggang atau menimbulkan kesalahpahaman.
Baca juga: Mengenal Jurusan Ilmu Komunikasi:Kurikulum, Peluang Kerja, dan Tantangannya
4. Risiko Depresi Tersembunyi
Mereka yang terbiasa menutupi emosi dengan senyuman berisiko mengalami apa yang dikenal sebagai “smiling depression” atau depresi terselubung. Kondisi ini bisa berbahaya karena orang dengan smiling depression tampak baik-baik saja di luar, sehingga sulit untuk mendapatkan dukungan dan perawatan yang diperlukan.
Cara Mengatasi Kebiasaan Eccedentesiast
Jika Anda merasa memiliki kecenderungan sebagai eccedentesiast, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebiasaan ini. Berikut beberapa langkah yang bisa dicoba:
1. Latih Keterbukaan Emosional
Cobalah untuk lebih terbuka terhadap perasaan yang Anda rasakan. Anda tidak harus langsung membuka semuanya ke orang lain, tetapi dengan jujur pada diri sendiri, Anda bisa mulai mengatasi emosi negatif dengan lebih baik.
2. Cari Dukungan dari Orang Terdekat
Berbicaralah dengan teman atau keluarga yang Anda percayai. Mengungkapkan perasaan kepada seseorang yang peduli bisa membantu mengurangi beban emosional yang Anda rasakan. Terkadang, mendengar perspektif orang lain bisa membantu memahami masalah dari sudut pandang yang berbeda.
3. Pertimbangkan Konseling atau Terapi
Terapi dengan psikolog atau konselor bisa menjadi solusi jangka panjang bagi mereka yang mengalami masalah eccedentesiast. Konselor atau terapis bisa membantu Anda mengatasi emosi yang terpendam dan memberikan alat untuk menghadapi masalah dengan cara yang lebih sehat.
4. Praktikkan Self-Compassion
Bersikap baik kepada diri sendiri adalah langkah penting dalam mengatasi kebiasaan eccedentesiast. Beri diri Anda izin untuk merasakan emosi, baik itu bahagia maupun sedih. Latih self-compassion dengan memberikan apresiasi atas usaha Anda menghadapi emosi dan tantangan hidup.
Mengapa Mengetahui Apa Itu Eccedentesiast Penting?
Mengetahui apa itu eccedentesiast dan memahami dampaknya penting agar kita bisa lebih memahami diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Mungkin teman, rekan kerja, atau anggota keluarga yang terlihat selalu ceria sebenarnya menyimpan perasaan yang sulit diungkapkan. Dengan memahami konsep ini, kita bisa lebih berempati dan mendukung mereka yang mengalami hal serupa.
Kesimpulan
Eccedentesiast adalah istilah yang menggambarkan seseorang yang tersenyum untuk menyembunyikan perasaan sebenarnya. Alasan seseorang menjadi eccedentesiast bervariasi, mulai dari ingin menjaga perasaan orang lain, budaya, hingga menghindari konfrontasi. Meskipun terlihat sederhana, kebiasaan ini dapat berdampak pada kesehatan mental, meningkatkan tekanan emosional, dan menghambat hubungan sosial yang sehat.
Jika Anda merasa memiliki kecenderungan sebagai eccedentesiast, penting untuk mencari cara mengatasi kebiasaan ini, seperti mencari dukungan dari orang terdekat atau mempertimbangkan terapi. Dengan langkah-langkah yang tepat, Anda dapat lebih terbuka terhadap emosi yang dirasakan dan menjalani hidup yang lebih sehat secara emosional.
Penulis: Naisyla M.R