Apakah Anak Harus Selalu Ranking Terbaik?

Apakah Anak Harus Selalu Ranking Terbaik?

Apakah Ayah/Bunda pernah merasa kecewa dengan nilai belajar anak di sekolah? Meskipun telah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu anak, namun setiap semester nilai rapornya tidak memuaskan. Mungkin ada yang salah dengan metode pengajaran guru atau mungkin saja sebagai orang tua kita kurang membimbing anak dengan baik. Cerita ini diilhami oleh seorang Ayah yang menceritakan tentang anaknya yang selalu berada di peringkat ke-23 di kelasnya setiap kali rapor dibagikan.

Setiap kali rapor dibagikan, Ayah tersebut harus siap menghadapi panggilan anaknya sebagai “Si 23”. Meskipun sebagai orang tua, panggilan ini terasa tidak nyaman, tetapi anak perempuannya sendiri tidak merasa keberatan dengan panggilan tersebut.

Pada sebuah acara perkumpulan orang tua dan anak yang diadakan oleh sekolah, banyak orang tua membicarakan cita-cita anak-anak mereka di masa depan. Beberapa menjawab ingin menjadi dokter, pilot, arsitek, atau bahkan presiden, yang semua orang bertepuk tangan mendengarnya. Namun, anak yang selalu berada di peringkat ke-23 ini tidak terlihat antusias untuk ikut bersaing menjawab pertanyaan tersebut. Malah, dia sibuk membantu anak-anak kecil lainnya makan.

Selanjutnya, orang-orang mengajaknya untuk menyampaikan cita-citanya yang sebenarnya. Namun, “Si 23” enggan dan lebih memilih membantu anak-anak kecil yang lain untuk makan. Meskipun begitu, setelah didesak oleh banyak orang, ia akhirnya mengungkapkan bahwa cita-citanya saat dewasa adalah menjadi guru TK yang mengajarkan anak-anak bernyanyi, menari, dan bermain. Selain itu, ia juga ingin menjadi seorang ibu yang mengenakan kain celemek bergambar Doraemon, memasak di dapur, membacakan cerita untuk anak-anaknya, dan membawa mereka ke teras rumah untuk melihat bintang.

Baca Juga : Begini Cara Mengenali 9 Karakteristik Anak Cerdas Di Atas Rata-Rata

Setelah menghadiri acara perkumpulan orang tua dan anak, di mana semua orang membicarakan tentang cita-cita anak mereka, “Si 23” dikejar-kejar oleh orang banyak untuk mengungkapkan cita-citanya. Meskipun awalnya ragu-ragu, ia akhirnya mengungkapkan keinginannya untuk menjadi seorang guru TK dan menjadi ibu rumah tangga yang baik di masa depan. Namun, orang-orang terlihat canggung dan tidak tahu harus berkata apa, termasuk ibunya yang merasa khawatir apakah anaknya hanya akan menjadi seorang guru TK di kemudian hari.

Sebagai hasil dari kekhawatiran orang tuanya, “Si 23” diberi les tambahan untuk mengejar ketinggalan nilai pelajaran di sekolah. Meskipun ia sangat patuh dan berusaha keras, ia akhirnya jatuh sakit dan mengalami flu berat dan radang paru-paru. Meskipun telah mengalami perjuangan yang sulit, ia tetap berada di urutan ranking 23 pada hasil ujian semesternya, sehingga kedua orang tuanya bingung tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Pada suatu Minggu, Ayahnya diajak teman-teman sekantornya untuk pergi rekreasi bersama dengan membawa keluarga masing-masing. Selama perjalanan, suasana penuh dengan tawa dan anak-anak menunjukkan keahlian mereka masing-masing seperti bernyanyi atau memperagakan kebolehannya. Namun, menurut orang tuanya, “Si 23” tidak memiliki keahlian khusus dan hanya bertepuk tangan dengan gembira. Ia sering berlari ke bagian belakang bus untuk membantu mengawasi bahan makanan, merapikan kotak makanan yang miring, mengetatkan tutup botol yang longgar, atau membersihkan wadah sayuran yang meluap ke luar. Dengan sibuknya, ia seperti seorang pengurus rumah tangga cilik.

Ketika tiba di tujuan rekreasi, ada insiden yang tak terduga. Dua anak laki-laki, satu yang pandai matematika dan bahasa Inggris, berebut potongan kue dan tidak ingin melepaskannya atau membaginya. Orang tua mencoba membujuk mereka, tetapi tidak berhasil. Akhirnya, “Si 23” berhasil menyelesaikan masalah itu dengan memintanya berdamai.

Ketika kembali dalam perjalanan pulang, anak-anak yang lain menjadi gelisah karena macet. Namun, “Si 23” justru malah membuat guyonan dan menghibur orang-orang semobil dengan ceritanya yang lucu. Selain itu, ia juga sibuk membuat bentuk-bentuk binatang kecil dari kotak makanan yang tidak terpakai. Setelah turun dari bus, semua anak dibagikan potongan kertas berbentuk binatang yang telah ia buat, sehingga mereka terlihat sangat senang.

Waktu berlalu hingga setelah ujian semester, Ayahnya menerima panggilan dari wali kelas. Dia memberitahu bahwa anaknya masih tetap berada di urutan 23. Selain itu, gurunya juga menyampaikan hal aneh yang terjadi. Dalam ujian bahasa Indonesia, ada sebuah pertanyaan tambahan di bagian akhir yang menyatakan siapa teman sekelas yang paling mereka kagumi dan mengapa. Jawaban dari semua siswa adalah sama, yaitu “Si 23”.

Mereka mengatakan bahwa “Si 23” senang membantu orang lain, memberikan semangat, menghibur, ramah, dan mudah diajak berteman. Si wali kelas memberikan pujian karena perilakunya yang sangat baik sehingga menempati ranking satu. Tidak lama setelah itu, sang Ayah bercanda dengan anaknya dan mengatakan bahwa suatu saat nanti dia akan menjadi pahlawan.

Anak tersebut mengungkapkan bahwa ia tidak ingin menjadi pahlawan, melainkan menjadi orang yang memberikan dukungan dengan bertepuk tangan di tepi jalan. Hal ini mengejutkan ayahnya, karena banyak orang bercita-cita untuk menjadi pahlawan atau terkenal, tetapi anaknya memilih untuk menjadi orang yang tidak terlihat seperti akar tanaman yang memberikan nutrisi dan kehidupan. Penting bagi seseorang untuk tidak hanya menunjukkan perilaku yang baik, tetapi juga memiliki kemampuan yang baik. Anak tersebut perlu terus dibimbing untuk belajar, namun tidak sampai kelelahan dengan menggunakan ruangbelajar. Kini, anak tersebut dapat belajar kapan saja dan di mana saja tanpa harus mengikuti bimbingan belajar di tempat lain, sehingga waktu lebih efektif dan semangat belajarnya semakin tinggi.

Baca Juga : Raka Atlet Wushu Universitas Teknokrat Indonesia Wakili Pesisir Barat Raih Medali Emas Porprov 2022

Artikel ini dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan potensi anak dalam pembelajaran calistung (membaca, menulis, dan berhitung), Matematika, Bahasa Inggris, dan Sains. Selain itu, program Live Teaching interaktif yang tersedia dapat membuat pembelajaran menjadi lebih seru. Artikel ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

2 thoughts on “Apakah Anak Harus Selalu Ranking Terbaik?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *