Tanpa kita sadari, setiap hari kita dikelilingi oleh banjir informasi dari berbagai platform—televisi, media online, media sosial, bahkan grup WhatsApp keluarga. Di balik semua itu, ada satu hal penting yang sering luput dari perhatian: media punya kekuatan besar dalam membentuk cara pandang politik kita. Bahkan kadang, kita merasa punya opini sendiri, padahal sudah “dibentuk” oleh cara media menyajikan informasi.

Media memang bukan aktor politik langsung. Tapi perannya dalam membentuk persepsi publik terhadap isu dan tokoh politik sangatlah krusial. Jadi, yuk kita kulik lebih dalam, bagaimana media bisa mengarahkan cara kita berpikir tanpa kita sadari.


Apa Saja Cara Media Mempengaruhi Pandangan Politik Kita?

Media bekerja dengan cara yang sangat halus. Tidak selalu dalam bentuk ajakan langsung, tapi lewat framing atau sudut pandang dalam menyampaikan berita. Berikut beberapa cara umum yang sering digunakan:

  1. Framing berita
    Contohnya, dua media memberitakan hal yang sama tapi dengan sudut pandang berbeda. Satu menyebut “pemerintah gagal mengatasi inflasi”, yang lain menulis “pemerintah berusaha keras mengatasi tantangan ekonomi”. Keduanya membicarakan hal yang sama, tapi rasa yang ditangkap pembaca bisa sangat berbeda.
  2. Pemilihan narasumber
    Media yang sering menampilkan narasumber dari kubu tertentu bisa secara tidak langsung membentuk kesan bahwa pandangan itulah yang paling valid.
  3. Penempatan berita
    Isu yang ditempatkan di headline atau bagian utama portal biasanya dianggap penting. Sementara isu yang “ditenggelamkan” di bawah bisa dianggap tidak terlalu relevan, padahal belum tentu begitu.
  4. Penyebaran lewat media sosial
    Algoritma media sosial sering menampilkan konten yang kita sukai. Ini menciptakan “filter bubble”, di mana kita hanya melihat pandangan yang sejalan dengan kita dan makin yakin kalau pandangan itu benar.

Apakah Kita Benar-Benar Punya Opini Sendiri?

Pertanyaan ini mungkin bikin kamu berpikir dua kali. Saat kamu bilang “saya mendukung kandidat A karena programnya masuk akal”, pernahkah kamu mengecek sendiri semua program itu? Atau hanya membaca beberapa artikel yang menyanjungnya?

Faktanya, sebagian besar opini kita terbentuk dari apa yang kita konsumsi sehari-hari. Jika mayoritas media yang kita baca cenderung condong ke satu pihak, maka wajar jika persepsi kita pun ikut terbentuk sesuai arah itu.

Bukan berarti kita tidak boleh punya pendapat. Tapi penting untuk sadar bahwa pendapat kita bisa sangat dipengaruhi oleh lingkungan informasi yang tidak seimbang.


Bagaimana Cara Menyikapi Pengaruh Media dengan Lebih Bijak?

Agar tidak terjebak dalam opini politik yang “dibentuk” tanpa sadar, ada beberapa langkah bijak yang bisa kamu lakukan:

  • Konsumsi dari berbagai sumber
    Jangan terpaku pada satu media. Baca dari sumber yang berbeda-beda agar dapat sudut pandang yang lebih lengkap.
  • Waspadai clickbait dan berita sensasional
    Judul bombastis belum tentu mencerminkan isi berita. Bacalah secara menyeluruh sebelum menarik kesimpulan.
  • Cek fakta secara mandiri
    Banyak platform pengecekan fakta yang bisa kamu gunakan untuk memastikan informasi yang kamu terima itu valid atau tidak.
  • Diskusikan, bukan debat
    Ajak teman atau keluarga berdiskusi secara terbuka. Bukan untuk saling mengalahkan, tapi untuk menambah perspektif.

Apakah Media Selalu Memihak Salah Satu Pihak?

Tidak semua media berpihak, tapi tidak sedikit pula yang punya kecenderungan tertentu—baik karena ideologi, kepentingan bisnis, maupun tekanan politik. Kita sebagai pembaca harus cerdas membedakan antara informasi yang objektif dan opini yang dibungkus sebagai fakta.

Media idealnya adalah pilar keempat demokrasi, penyeimbang kekuasaan. Tapi dalam praktiknya, mereka juga bisa menjadi alat propaganda jika tidak dikendalikan secara etis.


Kesimpulan: Jadi Pemilih yang Melek Media Itu Penting

Di era informasi seperti sekarang, kemampuan membaca media secara kritis itu bukan pilihan, tapi kebutuhan. Jangan biarkan opini politikmu terbentuk hanya dari satu sisi cerita. Ingat, politik itu rumit, dan kebenaran sering kali tersembunyi di antara narasi yang saling bersaing.

Jadi, sebelum kamu bilang, “aku yakin banget ini yang terbaik,” coba tanya dulu: yakin karena apa? Karena data? Atau karena kamu sudah terbiasa mendengar versi itu terus-menerus?

Dengan jadi pemilih yang sadar media, kamu sudah melangkah jadi warga negara yang lebih bijak. Karena masa depan politik bukan cuma milik para kandidat—tapi milik kita semua yang menentukan siapa yang layak memimpin.

Penulis: Shella Mutia Rahma.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *