Menjadi orang tua bukan hanya soal memenuhi kebutuhan fisik anak, tetapi juga membentuk karakter, emosi, dan kepercayaan diri mereka. Banyak orang tua ingin memberikan yang terbaik, namun terkadang tanpa sadar memilih pola asuh yang justru membuat anak merasa jauh dan tidak nyaman. Padahal, setiap anak pada dasarnya ingin dimengerti, dihargai, dan dicintai.

Nah, pola asuh seperti apa sih yang paling disukai anak? Yuk, kita bahas bersama.


Apa yang Dimaksud dengan Pola Asuh yang Disukai Anak?

Pola asuh yang disukai anak bukan berarti membiarkan mereka bebas tanpa aturan. Justru sebaliknya, anak-anak sangat membutuhkan struktur dan bimbingan, namun dengan pendekatan yang hangat dan penuh cinta. Anak merasa nyaman saat ia tahu bahwa orang tuanya hadir bukan hanya untuk mengatur, tetapi juga untuk mendengarkan dan memahami.

Ciri-ciri pola asuh yang disukai anak antara lain:

  • Memberi batasan yang jelas, tapi dengan penjelasan yang masuk akal
  • Menghargai pendapat dan emosi anak
  • Memberikan kebebasan sesuai usia dan tanggung jawabnya
  • Mengajak diskusi, bukan sekadar memberi perintah
  • Mendampingi, bukan mendominasi

Pola asuh seperti ini sering disebut sebagai pola asuh positif atau authoritative parenting dalam psikologi perkembangan anak.


Mengapa Anak Menyukai Pola Asuh yang Hangat dan Konsisten?

Anak-anak tumbuh dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Mereka juga belajar dari pengalaman dan respons lingkungan sekitar. Saat orang tua bersikap hangat, terbuka, dan tetap konsisten, anak akan merasa aman secara emosional. Keamanan inilah yang membuat anak lebih mudah diatur, lebih terbuka, dan tidak takut mengekspresikan diri.

Sebaliknya, pola asuh yang keras, penuh bentakan, atau terlalu permisif (membebaskan tanpa batasan), sering kali membuat anak bingung dan tidak tahu harus bersikap seperti apa.


Bagaimana Cara Menerapkan Pola Asuh yang Disukai Anak?

Berikut ini beberapa trik sederhana namun efektif untuk menerapkan pola asuh yang sehat dan disukai anak:

  1. Dengarkan tanpa menghakimi
    Saat anak sedang cerita, berhentilah sejenak dari aktivitas. Tatap mata mereka dan dengarkan dengan tulus. Anak akan merasa dihargai dan penting.
  2. Gunakan kalimat positif
    Alih-alih berkata “jangan lari-lari!”, coba ganti dengan “ayo jalan pelan-pelan ya supaya tidak jatuh.” Kalimat positif lebih mudah diterima anak.
  3. Berikan pilihan
    Ini memberi anak rasa kontrol. Misalnya, “Kamu mau mandi sekarang atau 10 menit lagi?” Dengan begitu, mereka belajar mengambil keputusan.
  4. Beri pujian yang tulus dan spesifik
    Misalnya, “Ibu bangga karena kamu berani minta maaf tadi,” bukan sekadar “kamu anak baik.” Pujian yang spesifik membangun rasa percaya diri.
  5. Konsisten dalam aturan, tapi fleksibel dalam pendekatan
    Anak butuh tahu apa yang boleh dan tidak. Tapi orang tua juga harus bisa membaca situasi dan memahami kondisi emosi anak saat itu.

Apakah Semua Anak Cocok dengan Pola Asuh yang Sama?

Jawabannya: tidak selalu. Setiap anak punya kepribadian unik. Ada yang pendiam, ada yang aktif, ada juga yang sensitif secara emosional. Namun, pola asuh yang penuh cinta, komunikasi yang terbuka, dan batasan yang jelas cenderung disukai oleh semua tipe anak. Yang terpenting adalah orang tua mau belajar dan menyesuaikan diri dengan karakter anak.

Untuk itu, orang tua perlu lebih banyak observasi, refleksi, dan adaptasi. Tanyakan pada diri sendiri: apakah saya mendengarkan anak saya? Apakah saya hadir saat ia butuh? Apakah saya memberikan kebebasan yang sehat?


Penutup: Anak Bahagia, Hubungan Keluarga Lebih Harmonis

Pola asuh bukan soal teori semata. Ia adalah praktik sehari-hari yang butuh kesabaran, konsistensi, dan hati yang besar. Saat anak merasa dicintai, didengar, dan dihargai, mereka tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan lebih terbuka.

Ingat, tidak ada orang tua yang sempurna. Tapi dengan niat untuk terus belajar dan memperbaiki diri, kita bisa menciptakan hubungan yang sehat dan hangat dengan anak.

Jadi, Bunda, yuk mulai perbaiki pola komunikasi dan pendekatan pada anak. Karena saat anak merasa nyaman dengan orang tuanya, segalanya jadi lebih mudah. Parenting bukan tentang kontrol, tapi tentang koneksi.

Penulis: AFIRA FARIDA FITRIANI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *