Meskipun Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump baru akan dilantik pada 20 Januari 2025, dia disebut sebagai sosok penting yang mendorong terwujudnya gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Trump melalui utusan khususnya untuk Timur Tengah, Steven Witkoff, memainkan peran kunci dalam proses perundingan tersebut.
Pada Jumat malam lalu, Witkoff mengejutkan para pembantu Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dengan telepon yang mengabarkan bahwa ia akan terbang ke Israel untuk bertemu Netanyahu. Witkoff membawa pesan dari Trump yang menuntut kesepakatan gencatan senjata terkait para sandera. Trump menekankan bahwa dia ingin perang di Gaza segera berakhir, meskipun memiliki urusan lain yang harus diselesaikan.
Seorang pejabat senior Israel mengatakan bahwa Witkoff menyampaikan pesan tegas dari presiden AS, yang menuntut penyelesaian gencatan senjata dengan cepat. Menurut analis, Netanyahu dan timnya menyadari posisi mereka terkait presiden AS yang baru, mengingat Trump dikenal sebagai sosok yang bertekad mencapai kesepakatan.
Selain Trump, Presiden AS yang masih menjabat, Joe Biden, serta Menteri Luar Negerinya Antony Blinken, turut berperan dalam upaya perdamaian ini. Mereka, bersama dengan tokoh-tokoh senior dari Mesir, Turki, dan negara-negara Teluk, berusaha menekan Israel dan Hamas untuk segera mengakhiri konflik.
Pada awal minggu ini, kepala intelijen Turki, İbrahim Kalin, juga berusaha memberi tekanan kepada Hamas untuk mendukung gencatan senjata. Ketegangan di sekitar negosiasi yang sudah berlangsung lama, terutama isu-isu terkait Netanyahu, memuncak pada titik kritis menjelang tercapainya kesepakatan.
Pada Rabu sore, Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Sa’ar, mengumumkan bahwa kesepakatan gencatan senjata sudah semakin dekat. Ia bahkan terpaksa kembali ke Israel dari perjalanan luar negeri untuk mengikuti proses pemungutan suara terkait perjanjian tersebut. Trump pun berusaha mengklaim pujian atas peran pentingnya dalam pencapaian gencatan senjata ini. Dalam postingannya di Truth Social, Trump menyebut kesepakatan ini sebagai hasil dari “Kemenangan Bersejarah” yang terjadi setelah pemilihan November 2024.
Perjanjian gencatan senjata ini diperkirakan akan terdiri dari tiga fase. Fase pertama berfokus pada pembebasan 33 sandera dalam periode enam minggu, dengan imbalan ratusan wanita dan anak-anak Palestina yang dipenjara oleh Israel. Kesepakatan ini juga akan membuka jalan untuk negosiasi lebih lanjut guna mengakhiri konflik secara permanen. Salah satu bagian penting dari kesepakatan ini adalah pembebasan tahanan sipil yang hidup atau mati setelah fase pertama, yang berfungsi untuk meredakan ketegangan di wilayah tersebut.
Dengan adanya kesepakatan gencatan senjata ini, diharapkan negosiasi lebih lanjut dapat membuka jalan bagi perdamaian yang lebih langgeng di Gaza.
Bukan Raja Salman-Putin-Xi Jinping, Ini Sosok Penting Damaikan Gaza
penulis:michael