Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari merupakan tokoh besar dalam sejarah pendidikan Islam di Indonesia. Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) ini memiliki kontribusi signifikan dalam perkembangan pendidikan Islam, khususnya dengan pendekatan yang moderat, mendalam, dan mampu menyesuaikan diri dengan budaya Nusantara. Pemikiran-pemikirannya dalam pendidikan tak hanya memberi dasar yang kuat bagi lembaga-lembaga pendidikan Islam, tetapi juga membangun fondasi yang kokoh dalam menghadapi modernisasi tanpa harus kehilangan jati diri Islam. Artikel ini akan mengupas tentang perjalanan pendidikan Hasyim Asy’ari, kontribusi pemikiran beliau, serta pengaruhnya yang masih dirasakan hingga saat ini.
Baca Juga : William Kamkwamba: Inspirasi Pendidikan yang Mengubah Dunia
Contents
- 1 Latar Belakang Kehidupan dan Pendidikan Hasyim Asy’ari
- 2 Pemikiran Pendidikan Hasyim Asy’ari
- 3 Pendirian Nahdlatul Ulama dan Sistem Pendidikan Pesantren
- 4 Prinsip Pendidikan Berbasis Akhlak dan Etika
- 5 Pendidikan Islam yang Moderat dan Toleran
- 6 Pengaruh Pemikiran Pendidikan Hasyim Asy’ari dalam Sistem Pendidikan Nasional
- 7 Warisan Pendidikan Hasyim Asy’ari untuk Generasi Masa Kini
- 8 Kesimpulan
Latar Belakang Kehidupan dan Pendidikan Hasyim Asy’ari
Hasyim Asy’ari lahir pada tahun 1871 di Jombang, Jawa Timur. Sejak usia muda, ia telah menunjukkan minat yang besar dalam ilmu agama. Ia mengenyam pendidikan agama dari berbagai pesantren di Jawa Timur sebelum melanjutkan studinya ke Makkah. Di sana, ia mendalami ilmu agama, termasuk tafsir, hadis, fikih, dan tasawuf di bawah bimbingan para ulama terkemuka. Pengalamannya belajar di tanah suci memberinya wawasan luas tentang Islam serta kemampuan untuk melihat berbagai aspek pendidikan agama secara mendalam.
Pendidikan yang ditempuh oleh Hasyim Asy’ari, baik di Indonesia maupun di Makkah, memberikan dasar yang kuat bagi pemikirannya tentang Islam dan pendidikan. Ia melihat pentingnya menyebarkan ilmu agama dengan cara yang tidak hanya membahas aspek-aspek ritual, tetapi juga memperhatikan nilai-nilai sosial, budaya, dan kemajuan zaman. Inilah yang menjadi salah satu prinsip dasar dalam sistem pendidikan yang dikembangkannya.
Baca Juga : Spanduk Pelatihan Pendidikan: Pentingnya Desain yang Menarik untuk Mendukung Suksesnya Acara
Pemikiran Pendidikan Hasyim Asy’ari
Sebagai seorang ulama dan pendidik, Hasyim Asy’ari memiliki pandangan unik tentang pendidikan Islam. Ia percaya bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya menekankan aspek-aspek pengetahuan agama, tetapi juga memberikan ruang bagi perkembangan moral, etika, dan akhlak yang baik. Pendidikan bagi Hasyim Asy’ari adalah sarana untuk membentuk manusia yang berakhlakul karimah, yaitu pribadi yang berakhlak mulia sesuai dengan ajaran Islam.
Pemikiran-pemikiran pendidikan Hasyim Asy’ari dituangkan dalam berbagai tulisan, salah satunya adalah kitab “Adab al-‘Alim wa al-Muta‘allim” yang berarti Etika Guru dan Murid. Kitab ini mengandung panduan bagi guru dan murid tentang bagaimana seharusnya proses belajar-mengajar dilakukan dalam semangat ketakwaan kepada Allah. Dalam kitab ini, ia menekankan pentingnya sikap tawadhu’ (rendah hati), kesungguhan dalam menuntut ilmu, dan tanggung jawab moral seorang guru dalam mendidik generasi muda.
Selain itu, Hasyim Asy’ari juga percaya bahwa pendidikan harus mampu mengajarkan nilai-nilai persatuan dan cinta tanah air. Sebagai seorang nasionalis, ia mengajarkan bahwa mencintai bangsa adalah bagian dari iman. Prinsip ini kemudian menjadi bagian penting dalam kurikulum pendidikan di lingkungan Nahdlatul Ulama dan diterapkan di berbagai pesantren hingga saat ini.
Pendirian Nahdlatul Ulama dan Sistem Pendidikan Pesantren
Pada tahun 1926, Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi yang berfungsi untuk melestarikan ajaran Islam Ahlus Sunnah wal Jama’ah di Indonesia. NU memiliki misi untuk membimbing umat Islam agar tetap memegang teguh ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, tanpa melupakan nilai-nilai nasionalisme.
Dalam dunia pendidikan, NU mengembangkan sistem pendidikan berbasis pesantren yang menekankan pembelajaran agama secara mendalam, namun tetap relevan dengan konteks kehidupan masyarakat. Pesantren menjadi tempat di mana pendidikan agama dan moral dijalankan dengan ketat, tetapi juga fleksibel dalam menghadapi perkembangan zaman. Sistem pendidikan pesantren yang dirancang oleh Hasyim Asy’ari ini berhasil menciptakan keseimbangan antara ilmu agama dan ilmu dunia, mencetak santri-santri yang berwawasan luas, serta mampu berperan aktif dalam masyarakat.
Prinsip Pendidikan Berbasis Akhlak dan Etika
Salah satu aspek penting dalam pemikiran pendidikan Hasyim Asy’ari adalah penekanan pada akhlak dan etika. Hasyim Asy’ari menekankan bahwa tujuan utama pendidikan bukan sekadar menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk karakter yang baik dan berbudi pekerti luhur. Ia percaya bahwa seorang yang berilmu namun tidak memiliki akhlak yang baik akan sulit memberikan manfaat bagi masyarakat.
Dalam hal ini, Hasyim Asy’ari mencontohkan bagaimana pentingnya adab atau etika dalam belajar. Ia menekankan bahwa murid harus memiliki sikap hormat kepada guru, karena ilmu yang diperoleh tidak hanya berdasarkan intelektual semata tetapi juga berkah dari penghormatan kepada guru. Prinsip ini menjadi dasar dalam sistem pendidikan pesantren yang masih dipertahankan hingga sekarang, di mana hubungan antara guru dan murid sangat erat dan dilandasi oleh sikap saling hormat.
Pendidikan Islam yang Moderat dan Toleran
Hasyim Asy’ari juga dikenal dengan pemikiran pendidikan yang moderat dan toleran. Dalam konteks keindonesiaan, ia memahami bahwa pendidikan agama harus mampu menciptakan umat yang taat tetapi tidak bersikap kaku atau ekstrem. Oleh karena itu, Hasyim Asy’ari mengajarkan pendidikan yang mengedepankan prinsip tawassut (moderat), tawazun (seimbang), tasamuh (toleran), dan i’tidal (adil).
Nilai-nilai ini sangat relevan dalam menghadapi tantangan globalisasi dan modernisasi. Hasyim Asy’ari percaya bahwa umat Islam harus memiliki prinsip yang kokoh, namun tetap terbuka terhadap perubahan. Pesantren-pesantren di bawah naungan NU masih mengadopsi prinsip ini, di mana pendidikan agama yang moderat dan terbuka dipertahankan sebagai bagian dari identitas pesantren NU.
Pengaruh Pemikiran Pendidikan Hasyim Asy’ari dalam Sistem Pendidikan Nasional
Pemikiran pendidikan Hasyim Asy’ari tidak hanya berpengaruh pada pesantren, tetapi juga pada sistem pendidikan nasional di Indonesia. Beberapa konsep pendidikan yang ia kembangkan telah diadopsi oleh pemerintah dalam pengembangan kurikulum pendidikan nasional, terutama dalam aspek pendidikan karakter dan moral.
Nilai-nilai kebangsaan yang diajarkan oleh Hasyim Asy’ari juga selaras dengan semangat kebangsaan yang menjadi bagian dari pendidikan di Indonesia. Melalui ajarannya, ia berhasil menyatukan prinsip-prinsip Islam dan nasionalisme sehingga generasi muda tidak hanya menjadi pribadi yang saleh, tetapi juga menjadi warga negara yang baik dan peduli pada lingkungan sosialnya.
Warisan Pendidikan Hasyim Asy’ari untuk Generasi Masa Kini
Pemikiran Hasyim Asy’ari dalam pendidikan terus hidup dan relevan hingga saat ini. Pendidikan berbasis pesantren yang ia kembangkan menjadi model pendidikan Islam yang khas Indonesia. Banyak pesantren di Indonesia yang mengadopsi metode pendidikan Hasyim Asy’ari sebagai bagian dari tradisi dan kurikulum mereka, menekankan nilai-nilai akhlak, etika, dan persatuan.
Selain itu, generasi muda Indonesia dapat mengambil inspirasi dari prinsip pendidikan Hasyim Asy’ari yang menekankan pentingnya pendidikan akhlak dan nasionalisme. Dalam menghadapi tantangan global, prinsip-prinsip ini menjadi penting untuk menjaga identitas dan integritas diri, serta tetap bersikap moderat dan toleran.
Kesimpulan
Pendidikan Hasyim Asy’ari memiliki pengaruh besar dalam perkembangan pendidikan Islam di Indonesia. Dengan pendekatan yang moderat, toleran, dan berlandaskan akhlak, Hasyim Asy’ari mampu menciptakan sistem pendidikan yang tidak hanya memberikan pengetahuan agama, tetapi juga membentuk karakter dan moral yang kuat. Pemikiran-pemikiran ini terus dihidupkan melalui pesantren-pesantren di Indonesia dan menjadi warisan yang berharga bagi dunia pendidikan Islam di tanah air.
Penulis : Wayan Arlina