4,089 total views,  2 views today

Menurut sebuah penelitian dari Universitas Kansas, anak-anak yang memiliki latar belakang pendidikan musik dapat memiliki nilai akademik yang lebih tinggi, terutama dalam bidang matematika dan bahasa. Studi ini dilakukan oleh seorang profesor musik dan terapi pada tahun 2007 dan menunjukkan peningkatan nilai lebih dari 20%. Kemampuan untuk berkonsentrasi dan fokus selama berlatih musik dapat memberikan dampak positif pada kemampuan anak untuk menyerap pelajaran dan mengerjakan ujian. Selain itu, kemampuan dalam meningkatkan fungsi eksekutif juga merupakan faktor penting, yaitu kemampuan untuk mengakses informasi dan mengingat instruksi dengan baik.

Saat guru menyampaikan materi di kelas, anak akan lebih mudah mengingatnya dengan baik. Terlebih lagi ketika pelajaran melibatkan banyak tahapan, seperti dalam mempelajari rumus. Instruksi guru akan tersusun secara sistematis di bagian otak anak.

Bagian prefrontal cortex dari executive functions akan berkembang dan memengaruhi kemampuan menjawab pertanyaan dengan sistematis dan masuk akal, terutama pada kemampuan kognitif. Ini berimplikasi pada semua mata pelajaran, meskipun dampak tertinggi terlihat pada pelajaran Matematika dan Bahasa.

Seorang filsuf dan ahli matematika terkenal asal Yunani pernah menyatakan bahwa terdapat unsur geometri dalam senandung senar dan komponen musik dalam pembahasan jarak bidang. Hal ini mengindikasikan adanya keterkaitan antara musik dan matematika. Kedua bidang tersebut melibatkan unsur-unsur seperti menghitung, ritme, skala, interval, pola, simbol, dan notasi. Meskipun Beethoven dikenal sebagai komposer musik yang hebat, ia sebenarnya adalah seorang tuna rungu. Bagaimana mungkin ia dapat menciptakan komposisi musik yang rumit?

Baca Juga : 7 Skill Yang Harus Fresh Graduate Miliki

Seorang filsuf dan ahli matematika Yunani terkenal pernah mengatakan bahwa ada unsur geometri dalam senandung senar dan unsur musik dalam pembahasan jarak suatu bidang. Dalam kedua hal ini terdapat unsur menghitung, ritme, skala, interval, pola, simbol, notasi, dan sebagainya sehingga musik dan matematika saling terhubung. Meskipun Beethoven adalah seorang tuna rungu, dia tetap mampu menciptakan komposisi musik yang rumit berkat pola-pola yang tersembunyi di balik lantunan nada yang indah.

Kemampuan seseorang dalam mengenali ritme musik sejak usia dini dapat menjadi pendorong dalam belajar bahasa seperti A-I-U-E-O. Pelatihan kemampuan ritmik juga dapat membantu mendeteksi kesulitan seseorang dalam berbahasa. Selain itu, studi terbaru menunjukkan bahwa latihan musik dapat mengembangkan bagian kiri otak yang berhubungan dengan pemrosesan bahasa. Kosa kata baru juga dapat lebih mudah diserap melalui lagu-lagu yang disenangi.

Belajar musik sangat penting bagi anak pada usia 2-9 tahun, karena dampaknya dapat dirasakan pada usia tersebut. Selain meningkatkan kemampuan matematika dan bahasa, musik juga membantu proses menghafal dengan baik. Saat mempersiapkan pertunjukan musik, biasanya seseorang harus menghafal not balok atau lirik terlebih dahulu. Selain itu, musik juga terbukti mampu mengembangkan kemampuan emosi, seperti empati, serta meningkatkan rasa percaya diri seseorang dalam mengatasi rasa takut. Orang yang terbiasa tampil di depan publik saat bermusik biasanya tahu bagaimana mengontrol perasaan seperti demam panggung. Kompetensi bahasa juga merupakan akar bagi kompetensi sosial seseorang menurut Dr. Kyle Pruett, seorang profesor klinis psikiater anak di Sekolah Kedokteran Yale.

Baca Juga : Universitas Teknokrat Indonesia Masuk Top 5 ASEAN’s Best Private University 2023 Versi AppliedHE Singapore

Untuk memaksimalkan dampak positif yang telah dijelaskan di atas, penting untuk terus melatih keterampilan musik sambil tetap mengikuti pelajaran di sekolah.