IT job

Jangan Cuma Jago Ngoding Gini Caranya Biar CV System Analyst Kamu Stand Out

Buat kamu yang datang dari latar belakang IT—entah itu seorang programmer, developer, atau lulusan baru Teknik Informatika—posisi System Analyst (SA) seringkali terlihat seperti jenjang karier berikutnya yang sangat logis. Kamu sudah paham teknologi, terbiasa dengan logika, dan tidak asing dengan proses pembuatan software. Kelihatannya, ini adalah langkah yang mulus.

Tapi, di sinilah jebakan terbesarnya. Banyak talenta teknis yang hebat gagal mendapatkan posisi SA karena mereka membuat satu kesalahan fatal: mereka menyusun CV untuk posisi System Analyst dengan mindset seorang Programmer.

CV mereka dipenuhi dengan daftar bahasa pemrograman yang dikuasai, framework yang pernah dipakai, dan proyek-proyek yang dijelaskan dari sudut pandang eksekusi teknis. Mereka berpikir, “Semakin banyak teknologi yang saya tulis, semakin hebat saya terlihat.”

Padahal, rekruter yang mencari System Analyst melihat dari kacamata yang sama sekali berbeda. Jago ngoding itu nilai plus yang sangat besar, tapi itu bukan menu utamanya. Jika seorang programmer adalah koki andal yang bisa memasak resep apa pun dengan sempurna, maka seorang System Analyst adalah sang Executive Chef yang merancang menu, menciptakan resep, dan memastikan setiap hidangan tidak hanya lezat, tetapi juga menjawab keinginan pelanggan dan menguntungkan restoran.

CV-mu harus mencerminkan peran sebagai perancang resep, bukan hanya sang juru masak. Jika CV-mu saat ini masih terlalu berbau “koding”, inilah cara merombaknya agar benar-benar menonjol dan berteriak, “Saya seorang Analis!”

baca juga: Hobi Jadi Cuan Bikin Portofolio Game 3D Keren yang Dilirik Studio Raksasa

Langkah 1: Pahami Dulu Perbedaan Fundamentalnya

Sebelum menulis ulang CV-mu, kamu harus meresapi perbedaan fokus antara kedua peran ini.

  • Seorang Programmer fokus pada “BAGAIMANA”:
    • Bagaimana cara menulis kode yang efisien untuk fitur ini?
    • Bagaimana cara mengoptimalkan query database ini agar lebih cepat?
    • Bagaimana cara mengimplementasikan desain ini menjadi antarmuka yang fungsional?
    • Dunia mereka adalah ruang solusi (solution space).
  • Seorang System Analyst fokus pada “APA” dan “MENGAPA”:
    • Apa masalah bisnis yang sebenarnya ingin kita selesaikan?
    • Mengapa fitur ini lebih penting daripada fitur lainnya?
    • Apa saja langkah-langkah yang harus dilalui pengguna untuk mencapai tujuannya?
    • Dunia mereka adalah ruang masalah (problem space).

Kemampuan ngoding-mu membuatmu sangat paham tentang apa yang mungkin dan tidak mungkin dilakukan di ruang solusi. Ini keuntungan besarmu! Tapi, CV-mu harus membuktikan bahwa kamu juga dominan di ruang masalah.

baca juga: Mahasiswa Baru Universitas Teknokrat Indonesia Berdampak untuk Indonesia Emas

Langkah 2: Terjemahkan Skill Teknis Menjadi Kemampuan Analisis

Ini adalah bagian terpenting. Kamu tidak perlu menghapus skill teknismu. Kamu hanya perlu “menerjemahkannya” ke dalam bahasa yang dimengerti oleh rekruter yang mencari SA.

Strategi 1: Ubah “Daftar Bahasa Pemrograman” menjadi “Pemahaman Arsitektural”

  • CV Lama (Berpikir seperti Programmer):Skills: Java, Python, Golang, JavaScript, MySQL, PostgreSQL.
  • CV Baru (Berpikir seperti Analis):Kompetensi Teknis: • Pemahaman mendalam konsep Object-Oriented Programming (OOP) untuk merancang komponen sistem yang modular dan scalable (diaplikasikan pada proyek berbasis Java & Python). • Berpengalaman dalam merancang dan menormalisasi skema database relasional (MySQL, PostgreSQL) untuk memastikan integritas dan performa data. • Memahami arsitektur microservices dan prinsip desain API untuk membangun sistem yang terdistribusi.

Lihat perbedaannya? Versi baru tidak hanya menyebutkan tool, tapi menjelaskan mengapa tool itu relevan dari sudut pandang desain dan arsitektur sistem.

Strategi 2: Ceritakan Proyek dari Sudut Pandang “Problem-Solver”, Bukan “Code-Executor”

Gunakan formula ajaib PAR (Problem, Action, Result) untuk mendeskripsikan setiap proyekmu.

  • CV Lama (Berpikir seperti Programmer):Proyek Website E-commerce: • Membangun backend menggunakan Laravel 8. • Membuat REST API untuk aplikasi mobile. • Mengimplementasikan frontend dengan Vue.js.
  • CV Baru (Berpikir seperti Analis):Proyek Pengembangan Platform E-commerce untuk UMKM SejahteraProblem: Menganalisis proses bisnis UMKM Sejahtera yang masih manual via WhatsApp, yang mengakibatkan kesulitan dalam pelacakan pesanan dan manajemen stok. • Action: Merancang alur sistem yang terintegrasi dari hulu ke hilir, mencakup manajemen produk, proses checkout, dan pelaporan penjualan. Mendesain blueprint sistem menggunakan Use Case Diagram dan Activity Diagram, serta merancang skema database untuk 12 tabel utama. Mengawasi proses implementasi yang dibangun menggunakan Laravel dan Vue.js. • Result: Rancangan sistem berhasil menjadi dasar platform yang mampu memusatkan data penjualan, mengurangi potensi kesalahan input manual hingga 95%, dan membuka jalan untuk analisis data penjualan di masa depan.

Versi baru menempatkan aktivitas analisis dan desain sebagai pahlawan utamanya. Teknologi (Laravel, Vue.js) disebut sebagai alat implementasi, bukan sebagai inti dari cerita.

Langkah 3: Buat Panggung Khusus untuk Skill Analis-mu

Jangan sembunyikan keahlian analisismu di antara tumpukan skill teknis. Buat bagian khusus yang langsung menarik perhatian.

Daripada satu bagian “Skills” yang campur aduk, pecah menjadi dua:

1. Keahlian Analisis & Desain Sistem

  • Pengumpulan Kebutuhan Pengguna (Requirement Gathering)
  • Pemodelan Proses Bisnis (BPMN, Flowchart)
  • Desain Sistem Berorientasi Objek (UML: Use Case, Activity, Sequence Diagram)
  • Desain & Pemodelan Database (ERD, Normalisasi)
  • Prinsip Desain API & Dokumentasi (Swagger/Postman)
  • Wireframing & Prototyping (Figma)

2. Kompetensi Teknis

  • Backend: Java, Python, Golang
  • Frontend: JavaScript, Vue.js
  • Database: MySQL, PostgreSQL
  • Lainnya: Git, Docker, CI/CD

Dengan struktur ini, rekruter akan langsung melihat bahwa kamu serius memposisikan diri sebagai seorang Analis, yang kebetulan punya fondasi teknis yang sangat kuat.

Langkah 4: Tulis Ringkasan (Summary) yang Memposisikan Diri sebagai “Jembatan”

Ringkasan di bagian atas CV adalah elevator pitch-mu. Pastikan kalimat pertamamu langsung menegaskan tujuanmu.

  • CV Lama (Berpikir seperti Programmer):“Seorang Web Developer yang bersemangat dengan pengalaman 3 tahun dalam membangun aplikasi web yang responsif.”
  • CV Baru (Berpikir seperti Analis):“Seorang profesional teknologi dengan latar belakang development yang kuat, kini berfokus untuk menjadi jembatan antara kebutuhan bisnis dan solusi teknis dalam peran System Analyst. Berpengalaman dalam menerjemahkan masalah bisnis yang kompleks menjadi spesifikasi teknis yang jelas dan dapat dieksekusi oleh tim developer.”

Ringkasan baru ini secara eksplisit menyatakan misimu: menjadi “jembatan” dan “penerjemah”. Ini adalah musik yang merdu di telinga rekruter yang mencari System Analyst.


Jago ngoding adalah superpower-mu. Itu memberimu kredibilitas di hadapan tim developer dan memberimu intuisi tajam tentang kelayakan teknis sebuah ide. Tapi untuk mendapatkan pekerjaan System Analyst, kamu harus membuktikan bahwa kamu bukan hanya seorang eksekutor, melainkan seorang ahli strategi.

Dengan menerjemahkan CV-mu menggunakan empat langkah di atas, kamu mengubah narasimu. Kamu bukan lagi sekadar koder yang mencari pekerjaan, tapi seorang arsitek solusi teknologi yang siap memberikan dampak bisnis yang nyata. Selamat mencoba dan bersiaplah untuk stand out!

Penulis : Tanjali Mulia Nafisa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *