
Move on seringkali terdengar mudah diucapkan, tapi saat dijalani, kenyataannya jauh dari kata simpel. Meski hubungan telah usai dan tak ada lagi komunikasi, kenangan tetap membekas. Mengapa demikian? Apakah kita terlalu lemah? Atau memang ada penjelasan psikologis yang masuk akal di balik sulitnya melupakan seseorang?
Ternyata, rasa sulit move on bukan hanya soal perasaan. Otak dan emosi punya peran besar dalam menciptakan keterikatan. Nah, di artikel ini kita akan bahas secara ringan tapi tetap faktual mengenai alasan kenapa move on itu terasa berat.
Apa yang Terjadi di Otak Saat Kita Jatuh Cinta?
Ketika kita jatuh cinta, otak melepaskan berbagai hormon seperti dopamin, oksitosin, dan serotonin—yang dikenal juga sebagai “hormon kebahagiaan”. Hormon ini menciptakan rasa euforia, nyaman, dan ketergantungan terhadap pasangan.
Nah, saat hubungan itu berakhir, otak seolah kehilangan “sumber kebahagiaan”nya. Ini membuat kita merasa seperti sedang mengalami gejala putus zat adiktif. Ya, secara psikologis, cinta bisa terasa seperti kecanduan.
Inilah yang membuat kita:
- Selalu mengingat kenangan indah
- Merasa hampa dan kehilangan arah
- Cenderung ingin kembali meskipun sudah tahu tidak sehat
Kenapa Kenangan Manis Justru Sulit Terlupakan?
Pernah merasa sudah berusaha melupakan, tapi bayangan mantan justru sering muncul di momen tak terduga? Ini bukan karena kamu gagal, tapi karena otak cenderung menyimpan memori emosional dengan lebih kuat.
Memori yang dikaitkan dengan emosi—baik bahagia atau sedih—akan tersimpan lebih lama di otak. Jadi wajar kalau kenangan saat bersama mantan lebih mudah muncul ketimbang aktivitas harian biasa.
Selain itu, ada juga yang disebut dengan “nostalgia bias”, di mana otak kita secara selektif lebih mengingat hal-hal baik dan cenderung menghapus yang buruk. Jadi, meskipun hubungan itu menyakitkan, otakmu bisa tetap menyajikan “highlight” yang indah-indah saja.
Apakah Semua Orang Mengalami Sulit Move On?
Tingkat kesulitan move on bisa berbeda-beda. Ada yang bisa bangkit dalam hitungan minggu, tapi ada juga yang perlu waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Semua tergantung pada:
- Durasi hubungan: Semakin lama bersama, semakin dalam keterikatannya.
- Tingkat keterlibatan emosional: Semakin besar investasi perasaan, makin sulit melupakan.
- Kejelasan penutupan (closure): Hubungan yang berakhir tanpa penjelasan cenderung meninggalkan luka yang lebih lama sembuh.
- Dukungan sosial: Punya support system seperti teman dan keluarga membantu mempercepat proses penyembuhan.
Apa yang Bisa Dilakukan Agar Lebih Cepat Move On?
Meski tidak ada cara instan untuk move on, ada beberapa langkah yang bisa kamu lakukan untuk mempercepat prosesnya:
1. Terima Perasaanmu
Jangan memaksakan diri untuk “baik-baik saja” dalam waktu singkat. Wajar kalau merasa sedih, marah, kecewa, atau bahkan masih berharap. Terima dulu semuanya.
2. Hindari Mengidealkan Mantan
Ingat kembali alasan kenapa hubungan itu berakhir. Fokus pada kenyataan, bukan imajinasi. Jangan biarkan nostalgia menyesatkanmu.
3. Alihkan Fokus ke Diri Sendiri
Mulai lakukan hal-hal yang sempat tertunda saat kamu pacaran. Ikut kelas baru, menekuni hobi, atau sekadar me time bisa jadi cara menyembuhkan diri secara perlahan.
4. Bersihkan Jejak Digital
Unfollow, mute, atau hapus foto jika perlu. Bukan karena dendam, tapi untuk kesehatan mentalmu. Melihat aktivitas mantan setiap hari hanya akan memperlambat proses penyembuhan.
5. Bicarakan dengan Profesional
Jika sudah mencoba berbagai cara tapi masih terjebak di masa lalu, tak ada salahnya berbicara dengan psikolog. Terkadang, luka lama butuh bantuan untuk benar-benar sembuh.
Apakah Waktu Saja Cukup untuk Menyembuhkan Luka?
Banyak yang bilang “waktu akan menyembuhkan segalanya”, tapi sebenarnya tidak selalu benar. Waktu memang membantu, tapi hanya jika diiringi dengan usaha yang tepat.
Tanpa proses penerimaan, refleksi, dan perbaikan diri, waktu bisa berjalan sia-sia. Sebaliknya, dengan sikap aktif dalam menyembuhkan diri, waktu akan jadi sekutu terbaikmu.
Penutup: Move On Itu Proses, Bukan Perlombaan
Jadi, kalau saat ini kamu merasa sulit move on, tenang… kamu tidak sendiri. Itu adalah proses alami yang wajar dialami oleh siapa pun yang pernah mencintai. Yang penting adalah bagaimana kamu mengelola perasaan itu, bukan seberapa cepat kamu melupakannya.
Ingat, luka hati bukan untuk dilupakan begitu saja, tapi untuk dipahami dan disembuhkan. Dan dalam proses itu, kamu akan menemukan versi dirimu yang lebih kuat dan bijak.
Penulis: Kayla Maharani