Kontroversi Slogan “Everyone Must Go!” dalam Kampanye Pariwisata Selandia Baru
Slogan Pariwisata Baru yang Mengundang Kontroversi
Selandia Baru baru saja meluncurkan kampanye pariwisata terbarunya dengan slogan “Everyone Must Go!”. Alih-alih menarik wisatawan, slogan ini malah menuai kritik tajam dari berbagai kalangan. Banyak yang menganggapnya lebih cocok sebagai iklan obral daripada sebagai promosi wisata. Bahkan, ada yang mengaitkannya dengan meningkatnya angka emigrasi warga Selandia Baru.
Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah wisatawan dari Australia demi menghidupkan kembali industri pariwisata yang belum sepenuhnya pulih pasca-pandemi. Namun, apakah strategi ini benar-benar efektif atau justru menimbulkan efek sebaliknya?
Mengapa Pemerintah Meluncurkan Kampanye Ini?
Selandia Baru mengalami resesi pada kuartal ketiga tahun 2024. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah berupaya meningkatkan pendapatan negara melalui sektor pariwisata. Perdana Menteri Christopher Luxon menyebut bahwa wisatawan Australia menjadi target utama karena kedekatan geografis serta potensi besar yang dimiliki pasar ini.
Menurut Louise Upston, Menteri Komunitas dan Sektor Sukarela, jumlah wisatawan dari Australia baru mencapai 88% dari tingkat sebelum pandemi pada 2019. Kampanye ini diharapkan dapat mendorong lebih banyak turis untuk berkunjung dan menghabiskan uang mereka di Selandia Baru.
Namun, dengan anggaran NZ$500,000 ($286,000) untuk kampanye ini, muncul pertanyaan: Apakah biaya tersebut akan memberikan hasil yang sepadan?
Reaksi Publik terhadap Slogan “Everyone Must Go!”
Sejak diumumkan, slogan ini langsung menjadi bahan perbincangan. Banyak yang menganggapnya ambigu, bahkan menimbulkan kesan negatif.
Kritik dari Politisi dan Warga
- Beberapa politisi oposisi mengejeknya sebagai slogan yang lebih cocok untuk iklan cuci gudang.
- Ada juga yang menyamakannya dengan ajakan pergi ke toilet, mengingat arti harfiah dari “must go”.
- Netizen di media sosial seperti X (dulu Twitter) membandingkannya dengan tingginya angka emigrasi warga Selandia Baru, yang mencapai rekor tertinggi pada 2024.
Kekhawatiran Infrastruktur Pariwisata
Tak hanya soal slogan, kritik juga datang dari aspek infrastruktur. Cushla Tangaere-Manuel, juru bicara pariwisata dari Partai Buruh, menyatakan bahwa meningkatnya jumlah wisatawan bisa membebani infrastruktur yang masih rapuh.
Jika pemerintah tidak berinvestasi dalam perbaikan fasilitas dan transportasi, ledakan jumlah turis bisa memperparah kondisi yang ada, alih-alih membawa keuntungan.
Dampak Kampanye terhadap Industri Pariwisata
Selandia Baru dikenal sebagai surga wisata alam dengan lanskap yang luar biasa. Pariwisata merupakan tulang punggung ekonomi negara ini.
Sebelum pandemi, industri pariwisata adalah sumber ekspor terbesar di Selandia Baru. Pada 2023, sekitar 7% tenaga kerja di negara ini masih bergantung langsung pada sektor ini.
Namun, sejak pandemi, pemulihan industri pariwisata berjalan lebih lambat dari yang diharapkan. Dengan adanya kampanye ini, diharapkan sektor tersebut bisa kembali berkembang pesat.
Beberapa langkah lain yang telah diambil pemerintah untuk menarik wisatawan, antara lain:
- Pelonggaran aturan visa, memungkinkan wisatawan untuk bekerja dari Selandia Baru selama kunjungan mereka.
- Peningkatan promosi ke pasar utama, seperti Australia dan negara-negara lain yang memiliki banyak peminat perjalanan ke Selandia Baru.
Namun, jika kampanye ini malah menimbulkan kesan negatif, apakah tujuan tersebut bisa tercapai?
Pelajaran dari Kampanye Pariwisata yang Gagal
Kasus ini mengingatkan kita pada berbagai kampanye pariwisata yang gagal di masa lalu. Beberapa di antaranya:
- “Malaysia, Truly Asia”, yang meskipun sukses, pernah dikritik karena kurang menyoroti keunikan lokal.
- Kampanye “Incredible India”, yang sempat mendapat kritik karena tidak mencerminkan realitas kondisi infrastruktur di India.
- Slogan “Your Singapore”, yang terlalu umum dan kurang spesifik dalam menonjolkan daya tarik utama negara tersebut.
Selandia Baru mungkin harus belajar dari kesalahan ini dan mempertimbangkan kembali pendekatan mereka.
Apa Langkah Selanjutnya?
Meskipun menuai kritik, pemerintah tampaknya tetap berpegang pada kampanye ini. Namun, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki situasi:
- Mengubah atau Menyesuaikan Slogan
Jika slogan saat ini terlalu kontroversial, menggantinya dengan sesuatu yang lebih ramah dan menarik bisa menjadi solusi. - Meningkatkan Transparansi Anggaran
Publik ingin tahu bagaimana anggaran kampanye ini digunakan dan apakah hasilnya sepadan dengan investasi yang dikeluarkan. - Memperkuat Infrastruktur Pariwisata
Sebelum menarik lebih banyak wisatawan, pastikan bahwa fasilitas dan layanan yang ada cukup untuk menampung lonjakan jumlah turis. - Fokus pada Keberlanjutan
Menggunakan dana dari pajak pariwisata untuk konservasi alam dan peningkatan fasilitas bisa membantu menjaga ekosistem yang menjadi daya tarik utama negara ini.
Penulis : Milan