Mahasiswa PhD Dituduh Menggunakan AI untuk Mencontek
Seorang mahasiswa doktoral, Haishan Yang, menjadi sorotan setelah University of Minnesota mengeluarkannya karena diduga menggunakan kecerdasan buatan (AI) dalam ujian. Namun, Yang membantah tuduhan tersebut dan kini menggugat universitas.

Ujian yang Menjadi Sumber Kontroversi
Pada Agustus 2024, Yang sedang berada di Maroko sambil mengerjakan PhD keduanya di bidang Health Services Research, Policy, and Administration. Ia mengikuti ujian pendahuluan sebelum menulis disertasinya. Ujian tersebut berdurasi delapan jam dengan tiga pertanyaan esai. Mahasiswa diperbolehkan menggunakan catatan, buku, dan laporan dari kelas, tetapi dilarang menggunakan AI.

Yang menyelesaikan esainya dan mengumpulkannya. Ia merasa telah mengerjakan ujian dengan sempurna. Namun, beberapa minggu kemudian, ia menerima email yang menyatakan bahwa ia gagal. Para dosen menuduhnya menggunakan ChatGPT untuk menyelesaikan ujian.

Bukti yang Diajukan oleh Universitas
Para dosen menyatakan bahwa jawaban Yang tidak sesuai dengan gaya penulisannya dan mencakup konsep yang tidak diajarkan di kelas. Profesor Hannah Neprash memasukkan pertanyaan ujian ke ChatGPT dan menemukan kesamaan dalam struktur serta bahasa dengan jawaban Yang.

Salah satu bukti yang mencurigakan adalah penggunaan akronim PCO (Primary Care Organization) dalam jawaban Yang. Para dosen mengklaim tidak pernah menemukan istilah tersebut sebelumnya, namun akronim yang sama muncul dalam hasil ChatGPT.

Selain itu, universitas menyinggung kasus setahun sebelumnya, di mana Yang diduga menggunakan AI untuk tugas. Dalam sebuah tugas, ia meninggalkan catatan yang berbunyi “re write it, make it more casual, like a foreign student write but no ai”. Ia mengaku menggunakan AI hanya untuk mengecek bahasa Inggrisnya, bukan untuk menjawab soal.

Sebagai langkah verifikasi, universitas menjalankan jawaban Yang melalui alat deteksi AI, GPTZero, yang memiliki reputasi kurang akurat dalam mendeteksi teks buatan AI.

Pembelaan dari Haishan Yang
Yang dengan tegas membantah tuduhan tersebut. Ia percaya bahwa beberapa profesor memiliki agenda pribadi terhadapnya. Dalam gugatannya, ia menuduh salah satu profesor telah mengedit jawaban ChatGPT agar lebih mirip dengan jawabannya.

Profesor Brian Dowd, pembimbing Yang, mendukungnya dengan menyebutnya sebagai “mahasiswa terbaik yang pernah ia bimbing”. Ia juga mengungkapkan bahwa ada permusuhan yang tidak biasa terhadap Yang, yang tidak pernah ia lihat selama lebih dari empat dekade mengajar.

Yang juga menyinggung konflik masa lalu dengan pihak universitas. Setahun sebelum ujian, ia kehilangan dukungan finansial karena tuduhan kinerja buruk dan perilaku tidak pantas. Namun, setelah mengajukan banding dengan dukungan Prof. Dowd, universitas meminta maaf dan memulihkan pendanaannya dengan syarat ia tidak menuntut.

Terkait kemiripan dengan ChatGPT, Yang memiliki dua teori:

  1. Sumber yang Sama – Ia percaya bahwa ChatGPT memberikan jawaban yang mirip karena sama-sama mengacu pada literatur akademik yang digunakan dalam perkuliahannya.
  2. Manipulasi Jawaban – Ia menemukan 10 perbedaan antara jawaban ChatGPT yang dibahas di antara profesor dengan yang diajukan dalam sidang akademik.

Keputusan dan Gugatan Hukum
Panel disiplin universitas dengan suara bulat menyatakan bahwa Yang lebih mungkin daripada tidak telah menyontek. Akibatnya, ia dikeluarkan dari universitas, yang juga membatalkan visa pelajarnya di AS.

Pada Januari 2025, Yang mengajukan gugatan di pengadilan negara bagian dan federal terhadap profesor Hannah Neprash dan pihak universitas, menuduh mereka mengubah bukti dan tidak memberikan proses yang adil.

Pihak universitas menolak berkomentar secara spesifik, dengan menyatakan bahwa kebijakan privasi mencegah mereka mendiskusikan kasus ini secara terbuka. Namun, mereka menegaskan bahwa semua prosedur telah dijalankan sesuai kebijakan universitas.

Kasus ini mendapat perhatian luas karena dapat menjadi preseden penting terkait penggunaan AI dalam dunia akademik serta hak mahasiswa dalam menghadapi tuduhan kecurangan.

penulis muhammad fitrah rajasa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *