film “Siksa Kubur” yang menghadirkan pengalaman sinematik yang unik dengan memanfaatkan interaksi langsung dengan penonton, terutama melalui ending yang memancing pikiran. Disutradarai oleh Joko Anwar, film ini tidak hanya menawarkan ketegangan dan adegan jumpscare seperti kebanyakan film horor, tetapi juga memperkenalkan dimensi personal melalui cara cerita diakhiri.
Baca Juga : Manfaat Ikan Gabus untuk Pemulihan Pasca Operasi
Joko Anwar secara sengaja meninggalkan ruang interpretasi terbuka bagi penonton untuk menafsirkan ending film ini sesuai dengan pandangan dan keyakinan pribadi mereka. Pendekatan ini tidak hanya memicu diskusi yang mendalam setelah penonton menonton film, tetapi juga mengakui keragaman perspektif dan keyakinan yang dimiliki oleh individu-individu yang berbeda. Hal ini menambah nilai tambah pada pengalaman menonton, membuatnya menjadi lebih pribadi dan merangsang untuk refleksi diri.
Dalam plotnya, “Siksa Kubur” mengisahkan perjalanan Sita, seorang wanita yang meragukan eksistensi siksa kubur dalam agama Islam setelah mengalami kejadian traumatis. Upayanya untuk membuktikan teorinya menghadirkan konsekuensi yang mengerikan, menjadikan film ini sebagai cerminan tentang ketakutan dan keraguan yang menguji karakter utama dan juga penontonnya.
Baca Juga : Update Terbaru UMR Kalimantan Selatan 2024: Berapa Besarannya? Lihat Penjelasannya!
Dengan cara ini, Joko Anwar tidak hanya menghadirkan kengerian visual di layar, tetapi juga mengajak penonton untuk mengeksplorasi dimensi-dimensi lebih dalam dari cerita ini. “Siksa Kubur” tidak sekadar tentang apa yang terjadi di layar, tetapi juga tentang bagaimana pengalaman menontonnya mampu mengubah persepsi dan pandangan hidup penonton.
penulis : M .aditya fadillah