10,982 total views, 4 views today
Menurut Hermanus Johannes de Graaf, seorang sejarawan Belanda yang mengkhususkan diri menulis sejarah Jawa, dalam karya tulisnya Malay Annual, ketupat yang terbuat dari beras yang dibungkus anyaman daun kelapa muda itu pertama kali muncul di Tanah Jawa sejak abad ke-15, pada masa pemerintahan Kerajaan Demak.
Sejarah Ketupat
Hermanus Johannes de Graaf, seorang sejarawan Belanda yang memfokuskan penelitiannya pada sejarah Jawa, mengungkapkan dalam tulisannya yang berjudul Malay Annual bahwa ketupat yang terbuat dari beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda pertama kali diperkenalkan di Tanah Jawa pada abad ke-15, saat Kerajaan Demak berkuasa.
Baca Juga : 5 Kegiatan Di Hari Ibu
Sudah mengetahui sejarah tentang Kerajaan Demak, belum? Jika belum, Anda bisa mencoba berlangganan fitur ruangbelajar yang menyediakan video animasi menarik mengenai sejarah yang pastinya akan meningkatkan wawasan Anda.
Pada waktu itu, Sunan Kalijaga memperkenalkan ketupat untuk pertama kalinya sebagai bagian dari upaya dakwah untuk menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa yang pada masa itu dianggap “sulit untuk di-Islamkan” karena masyarakat Jawa telah memiliki sistem kepercayaan sendiri yang dikenal sebagai Kejawen.
Dalam melakukan dakwah untuk menyebarkan agama Islam, Sunan Kalijaga menggunakan pendekatan budaya, dan salah satu dari metodenya adalah dengan memilih ketupat karena dianggap dapat dekat dengan kebudayaan masyarakat Jawa pada waktu itu.
Berkat penggunaan ketupat sebagai salah satu cara dalam dakwah, akhirnya penyebaran agama Islam diterima dengan luas oleh masyarakat Jawa, dan banyak di antara mereka yang akhirnya memeluk agama Islam.
Makna Ketupat
Filosofi dan makna di balik ketupat memiliki kedalaman yang mengesankan. Bahkan penggunaan daun kelapa muda sebagai pembungkusnya saja dapat menyentuh hati. Daun kelapa muda, yang dalam bahasa Jawa dikenal sebagai janur, merupakan akronim dari “Jannah Nur” atau “Cahaya Surga”.
Tidak hanya itu, ada juga yang menganggap janur merupakan akronim dari “Jatining Nur”, yang dalam bahasa Jawa berarti “Hari Nurani”. Filosofinya, pada saat perayaan Lebaran, kita harus membersihkan hati dari segala hal negatif agar bisa kembali ke fitrah dan kembali suci dengan saling memaafkan.
Tidak hanya itu, pembuatan ketupat yang rumit dengan teknik anyaman juga memiliki makna tersendiri. Kerumitan proses anyaman ketupat menggambarkan keragaman masyarakat Jawa yang harus disatukan melalui tali silaturahmi. Di sisi lain, beras dalam ketupat diartikan sebagai nafsu duniawi. Inilah filosofi di balik Ketupat.
Baca Juga : MAHASISWA UNIVERSITAS TEKNOKRAT INDONESIA LOLOS PERTUKARAN PEMUDA INTERNASIONAL Â YSEALI 2023
Bentuk segi empat yang khas dari ketupat menggambarkan prinsip “kiblat papat, limo pancer (empat arah, satu pusat)”, yang memiliki makna “manusia pasti akan kembali pada Allah, di mana pun dia berada”. Bentuk empat sisi tersebut juga memiliki makna filosofis lain, yaitu melambangkan empat aspek kehidupan manusia, yaitu fisik, emosional, mental, dan spiritual.
Bentuk segi empat yang khas dari ketupat juga melambangkan empat jenis nafsu dasar manusia, yaitu amarah (emosi), syahwat (nafsu makan dan minum), hawa nafsu (keinginan untuk memiliki hal-hal yang diinginkan), dan ghadab (keinginan untuk memaksa diri). Keempat nafsu dasar ini dikendalikan selama puasa. Dengan memakan ketupat saat lebaran, seseorang dianggap telah mampu menahan nafsunya dan mengontrol diri.
Secara umum, makna dari ketupat adalah simbolisasi dari nafsu dunia yang diliputi oleh kesucian batin. Meskipun mempunyai makna yang cukup dalam, tradisi membuat ketupat pada saat Lebaran terus dipertahankan hingga sekarang setelah diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga. Tidak hanya masyarakat Jawa saja yang membuat ketupat pada saat Lebaran, namun juga masyarakat di daerah-daerah di luar Jawa turut melakukan tradisi tersebut.
Demikianlah cerita mengenai sejarah dan filosofi di balik ketupat yang akhirnya menjadi hidangan khas saat lebaran di Indonesia. Sudahkah Anda siap untuk menikmati ketupat berapa ikat saat lebaran nanti?
4 thoughts on “Mengapa Ketupat Selalu Ada Setiap Lebaran?”