Public Article

Mengenal Lebih Jauh Sesar Semangko dan Dampaknya Terhadap Lingkungan

Sesar Semangko, yang dikenal pula sebagai Sesar Sumatera, merupakan patahan besar yang membentang dari utara ke selatan di sepanjang Pulau Sumatera. Patahan ini terbentuk akibat tabrakan antara Lempeng Hindia-Australia dan Sumatera, yang menjadikannya salah satu sesar paling aktif di wilayah tersebut dan sering memicu gempa bumi besar.

Baca Juga : Apakah Fisioterapi Tepat untuk Anda? Inilah yang Perlu Anda Ketahui

Sesar Semangko membelah Pulau Sumatera dari wilayah barat Aceh hingga Lampung dengan panjang mencapai sekitar 1.900 kilometer. Patahan ini terdiri dari sekitar 20 segmen atau sesar minor, sehingga aktivitas gempa hanya terjadi di wilayah-wilayah tertentu, tergantung pada segmen yang aktif. Salah satu segmen yang paling aktif adalah Sesar Tarahan, yang berada di Provinsi Lampung. Usia sesar ini relatif muda, dan ciri geologis seperti Lembah Anai dan Ngarai Sianok di Bukittinggi menunjukkan aktivitas dari patahan ini, membentuk Pegunungan Barisan di bagian barat Sumatera.

Proses Pembentukan Sesar Semangko

Sesar ini terbentuk jutaan tahun yang lalu ketika Lempeng Hindia-Australia menghantam bagian barat Pulau Sumatera secara miring, pada saat Sumatera masih menjadi bagian dari Benua Eurasia. Tabrakan ini menghasilkan dua gaya: gaya tegak lurus yang menyebabkan bagian ujung Lempeng Hindia bergerak ke arah Lempeng Sumatera, dan gaya horizontal yang menyebabkan pergerakan ke arah barat laut. Gabungan dari kedua gaya ini membentuk apa yang kini dikenal sebagai Sesar Besar Sumatera.

Ciri-Ciri dan Jenis Sesar Semangko

Sesar Semangko merupakan salah satu jenis sesar mendatar (strike-slip) dengan pergerakan ke arah kanan. Sesar ini bergerak dengan kecepatan relatif 6 hingga 7 milimeter per tahun, berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Wilayah Selat Sunda, yang memisahkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, menjadi salah satu titik penting dalam pergerakan ini, di mana terjadi peralihan antara Lempeng Indo-Australia dan Eurasia.

Dampak Sesar Semangko

Aktivitas Sesar Semangko menimbulkan sejumlah dampak di Pulau Sumatera, termasuk gempa bumi besar dan kecil. Beberapa gempa bumi besar yang tercatat akibat sesar ini antara lain gempa Pajang Panjang dengan magnitudo 7,6 Mw pada tahun 1926 dan gempa Lampung pada tahun 1933. Baru-baru ini, gempa berkekuatan 6,2 Mw mengguncang wilayah Pasaman Barat pada tahun 2022.

Selain gempa bumi, aktivitas sesar ini juga menyebabkan terbentuknya sesar turun atau slenk, yang menghasilkan dataran rendah akibat rekahan tanah. Contoh yang paling jelas terlihat di Ngarai Sianok dan Lembah Anai, di mana tebing-tebing terjal terbentuk sebagai hasil dari pergerakan tanah tersebut.

Dampak positif dari aktivitas sesar ini terlihat dalam perkembangan ekowisata di Sumatera, seperti pariwisata di Bukittinggi yang dipopulerkan oleh pemandangan Ngarai Sianok. Selain itu, Pegunungan Bukit Barisan yang membentang sejauh 1.650 kilometer dari Lampung hingga Aceh terbentuk akibat aktivitas sesar ini, dengan 40 gunung yang menjadi bagian dari pegunungan tersebut.

Aktivitas Sesar Semangko, menurut penelitian Ruyani (2023), juga menyebabkan terbentuknya sesar-sesar kecil, seperti Sesar Tarahan di Lampung, yang sering memicu gempa kecil di wilayah Pesawaran.

Baca Juga : Apa yang Diharapkan dari Gelar Manajemen Sumber Daya Perairan: Kelebihan dan Kekurangannya

Dengan memahami karakteristik dan dampak Sesar Semangko, diharapkan masyarakat lebih waspada terhadap potensi bencana gempa bumi di wilayah tersebut.

Penulis : Radit

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *