Pendidikan kerakyatan adalah konsep pendidikan yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat dan pengembangan potensi individu melalui pendekatan yang inklusif dan partisipatif. Berbeda dengan sistem pendidikan formal yang seringkali terpusat dan struktural, pendidikan kerakyatan menekankan pada nilai-nilai kemanusiaan, partisipasi aktif, dan kepedulian sosial. Artikel ini akan mengulas lebih dalam mengenai konsep pendidikan kerakyatan, sejarah, manfaat, serta tantangan yang dihadapinya di era modern.
Contents
Apa Itu Pendidikan Kerakyatan?
Pendidikan kerakyatan adalah pendekatan pendidikan yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dengan menekankan pada pembelajaran yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Pendidikan ini bertujuan untuk memfasilitasi proses belajar yang mandiri dan berorientasi pada pengalaman nyata, sehingga memungkinkan masyarakat untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Secara umum, pendidikan kerakyatan memiliki beberapa karakteristik utama:
- Berbasis pada kebutuhan masyarakat: Program pendidikan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat.
- Partisipatif: Masyarakat terlibat aktif dalam proses pembelajaran, baik sebagai peserta maupun sebagai fasilitator.
- Inklusif: Pendidikan kerakyatan tidak membedakan peserta berdasarkan latar belakang sosial, ekonomi, atau budaya.
- Mengutamakan nilai-nilai lokal: Kurikulum dan materi pembelajaran disesuaikan dengan kearifan lokal dan budaya masyarakat.
Baca juga : Contoh Intervensi Pendidikan: Solusi untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Indonesia
Sejarah Pendidikan Kerakyatan
Konsep pendidikan kerakyatan sebenarnya sudah ada sejak zaman sebelum kemerdekaan Indonesia. Pada masa kolonial, pendidikan formal hanya bisa diakses oleh kalangan tertentu, terutama kaum bangsawan dan kelas atas. Untuk menghadapi keterbatasan akses ini, muncul gerakan pendidikan kerakyatan yang dipelopori oleh tokoh-tokoh nasional seperti Ki Hajar Dewantara.
Ki Hajar Dewantara, melalui Taman Siswa, mengembangkan konsep pendidikan yang berfokus pada pengajaran berbasis nilai kebudayaan dan pengembangan diri. Beliau mengusung prinsip “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani,” yang berarti bahwa dalam proses pendidikan, guru harus menjadi contoh, membimbing, serta memberikan dorongan bagi peserta didik.
Manfaat Pendidikan Kerakyatan
Pendidikan kerakyatan memiliki banyak manfaat, baik bagi individu maupun masyarakat. Berikut adalah beberapa manfaat utama yang bisa didapatkan dari penerapan pendidikan ini:
1. Pemberdayaan Masyarakat
Pendidikan kerakyatan memberdayakan masyarakat dengan memberikan mereka pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Melalui pendidikan ini, masyarakat diajak untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran, sehingga mereka dapat meningkatkan kualitas hidup mereka sendiri.
2. Pengembangan Potensi Individu
Salah satu tujuan utama pendidikan kerakyatan adalah mengembangkan potensi individu. Program pendidikan ini disusun untuk membantu peserta didik mengidentifikasi minat dan bakat mereka, serta memberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan yang sesuai.
3. Mempertahankan Kearifan Lokal
Dengan fokus pada nilai-nilai lokal dan budaya masyarakat, pendidikan kerakyatan membantu mempertahankan kearifan lokal yang sering terpinggirkan dalam sistem pendidikan formal. Hal ini juga memperkuat identitas budaya masyarakat dan membantu menjaga tradisi serta warisan budaya.
4. Meningkatkan Kepedulian Sosial
Pendidikan kerakyatan menekankan pentingnya kesadaran sosial dan solidaritas antarwarga. Melalui pendekatan yang inklusif dan partisipatif, pendidikan ini membantu mengembangkan rasa kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama, sehingga masyarakat menjadi lebih kompak dan saling mendukung.
Contoh Implementasi Pendidikan Kerakyatan
Implementasi pendidikan kerakyatan dapat ditemukan dalam berbagai program yang berbasis masyarakat, baik di tingkat lokal maupun nasional. Berikut adalah beberapa contoh program pendidikan kerakyatan yang telah berhasil dijalankan:
1. Program Pendidikan Nonformal di Desa
Banyak desa di Indonesia yang mengembangkan program pendidikan nonformal, seperti kursus keterampilan, pelatihan kewirausahaan, dan pendidikan literasi untuk orang dewasa. Program-program ini sering kali diinisiasi oleh komunitas lokal dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat.
2. Kelompok Belajar Masyarakat (Kejar Paket)
Kejar Paket adalah salah satu bentuk pendidikan kerakyatan yang diselenggarakan untuk memberikan kesempatan pendidikan bagi mereka yang tidak dapat mengakses pendidikan formal. Program ini menawarkan pendidikan setara SD, SMP, dan SMA, sehingga peserta didik dapat menyelesaikan pendidikan dasar mereka.
3. Sekolah Alam
Sekolah alam adalah contoh lain dari pendidikan kerakyatan yang mengusung konsep pembelajaran berbasis pengalaman dan alam. Di sekolah ini, siswa diajak belajar melalui kegiatan langsung di alam terbuka, seperti bercocok tanam, beternak, atau melakukan eksperimen sains di lingkungan sekitar.
4. Pendidikan Berbasis Komunitas
Pendidikan berbasis komunitas sering kali dilakukan melalui kerja sama dengan organisasi masyarakat atau LSM. Program ini mencakup berbagai kegiatan, seperti pelatihan kesehatan, advokasi hak-hak masyarakat, hingga pendidikan lingkungan yang melibatkan partisipasi aktif warga setempat.
Tantangan Pendidikan Kerakyatan di Era Modern
Meskipun memiliki banyak manfaat, pendidikan kerakyatan juga menghadapi beberapa tantangan, terutama di era modern yang semakin terhubung dengan teknologi. Berikut adalah beberapa tantangan utama yang dihadapi:
1. Kurangnya Dukungan Pemerintah
Di banyak tempat, pendidikan kerakyatan masih dianggap sebagai pelengkap dari pendidikan formal, bukan sebagai bagian integral dari sistem pendidikan. Kurangnya dukungan pemerintah, baik dari segi kebijakan maupun pendanaan, menjadi salah satu hambatan utama bagi pengembangan program pendidikan kerakyatan.
Baca juga : CPNS Pendidikan Sejarah: Peluang dan Tips Sukses Menghadapi Seleksi
2. Minimnya Sumber Daya
Program pendidikan kerakyatan sering kali dijalankan dengan sumber daya yang terbatas, baik dari segi tenaga pengajar maupun fasilitas. Hal ini mengakibatkan keterbatasan dalam menyelenggarakan program yang berkualitas dan berkelanjutan.
3. Perubahan Sosial dan Teknologi
Perubahan sosial yang cepat serta perkembangan teknologi mempengaruhi pola belajar masyarakat. Pendidikan kerakyatan harus beradaptasi dengan perkembangan ini agar tetap relevan dan dapat memenuhi kebutuhan peserta didik di era digital.
4. Kurangnya Kesadaran Masyarakat
Banyak masyarakat yang masih kurang menyadari pentingnya pendidikan kerakyatan sebagai sarana pemberdayaan. Hal ini disebabkan oleh minimnya informasi dan pemahaman mengenai manfaat dan tujuan pendidikan ini.
Kesimpulan
Pendidikan kerakyatan adalah pendekatan yang penting dalam mengembangkan potensi masyarakat dan meningkatkan kualitas hidup melalui pendidikan yang inklusif, partisipatif, dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan fokus pada pemberdayaan dan pengembangan potensi individu, pendidikan kerakyatan mampu memberikan kontribusi yang signifikan dalam menciptakan masyarakat yang mandiri, produktif, dan berdaya saing.
Penulis : rohayda