Pernikahan dini di Indonesia telah menjadi isu yang signifikan, sering kali menjadi sorotan media dan perbincangan publik. Pernikahan dini merujuk pada pernikahan antara individu yang masih di bawah usia 18 tahun, baik dengan pasangan yang lebih tua atau sesama anak di bawah umur.
Meskipun pernikahan dini masih diperbolehkan secara hukum, penting bagi calon mempelai dan orang tua untuk memahami dampak psikologis yang dapat timbul dari pernikahan pada usia muda. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, menyarankan bahwa usia ideal untuk menikah adalah 25 tahun bagi pria dan 21 tahun bagi wanita.
Baca Juga: Dugaan penistaan agama, Polisi panggil Wanda Harra pada Kamis depan
Dampak Pernikahan Dini bagi Remaja
- Tingkat Perceraian yang Tinggi Pernikahan pada usia remaja sering kali mengakibatkan tingginya angka perceraian. Remaja yang belum siap menghadapi tantangan kehidupan keluarga baru sering kali mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi setelah menikah. Kematangan emosional yang belum memadai membuat mereka sulit menyelesaikan masalah secara efektif, yang dapat mengarah pada perceraian.
- Gangguan Kesehatan Mental Pernikahan dini juga dapat berdampak negatif pada kesehatan mental remaja. Mereka yang menikah pada usia muda berisiko mengalami gangguan mental seperti kecemasan, trauma psikologis, dan depresi. Ketidakmatangan emosional dan tekanan yang dihadapi dalam pernikahan dapat memperburuk kondisi kesehatan mental mereka.
- Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan masalah serius yang sering terjadi pada pernikahan dini. Remaja perempuan yang menikah dengan pria yang lebih tua sering kali berada dalam posisi yang tidak menguntungkan dalam negosiasi. Faktor ekonomi, perbedaan prinsip, dan campur tangan pihak ketiga juga dapat memperburuk situasi, meningkatkan risiko kekerasan dalam rumah tangga.
- Pengabaian Anak Pernikahan dini dapat berdampak negatif pada generasi berikutnya. Remaja yang menikah muda sering kali tidak memiliki pengetahuan atau akses tentang keluarga berencana dan kontrasepsi, yang dapat mengakibatkan tingginya jumlah kelahiran anak. Kondisi ini meningkatkan risiko bayi lahir prematur, mengalami stunting, atau memiliki berat badan lahir rendah (BBLR).
- Ketidakpastian Masa Depan Remaja yang menikah pada usia muda sering kali menghadapi ketidakpastian mengenai masa depan mereka. Salah satu dampak yang signifikan adalah terhambatnya pendidikan, yang mengurangi kesempatan mereka untuk mencapai potensi maksimal. Pernikahan dini dapat menghambat pencapaian tujuan hidup dan merusak perencanaan masa depan yang optimal.
Baca Juga: Tips Efektif Mengatasi Radang Tenggorokan
Dengan memahami dampak-dampak tersebut, penting bagi masyarakat untuk mempertimbangkan secara matang keputusan untuk menikah pada usia dini dan mempersiapkan masa depan dengan baik.
Penulis: Vharel