Real Sociedad vs Manchester United: Laga Dihentikan Sejenak untuk Pemain yang Berbuka Puasa
San Sebastian – Pertandingan antara Real Sociedad dan Manchester United dalam ajang Liga Europa mengalami jeda sejenak pada menit ke-20. Keputusan ini diambil demi memberi kesempatan kepada beberapa pemain yang menjalankan ibadah puasa untuk berbuka.
Laga leg pertama babak 16 besar Liga Europa yang berlangsung di Stadion Anoeta, Jumat (7/3/2025), berakhir dengan skor imbang 1-1. Manchester United unggul lebih dulu melalui gol Joshua Zirkzee pada menit ke-57. Namun, Real Sociedad berhasil menyamakan kedudukan melalui eksekusi penalti Mikel Oyarzabal di menit ke-70.
Momen Berhenti Sejenak untuk Berbuka Puasa
Saat pertandingan masih berlangsung dengan skor 0-0, wasit memutuskan untuk menghentikan laga sejenak pada menit ke-20. Bukan karena ada insiden cedera atau tinjauan VAR, tetapi demi menghormati para pemain yang menjalankan ibadah puasa Ramadan.
Dua pemain yang diketahui memanfaatkan jeda ini untuk berbuka puasa adalah Nayef Aguerd dari Real Sociedad dan Noussair Mazraoui dari Manchester United. Momen ini pun mendapat apresiasi dari banyak pihak, termasuk para penggemar sepak bola di seluruh dunia.
Apresiasi dari Pemain dan Penggemar
Keputusan untuk memberikan waktu berbuka puasa di tengah pertandingan mendapatkan sambutan positif dari banyak kalangan. Beberapa pemain turut memberikan dukungan atas sikap toleransi yang diperlihatkan dalam pertandingan ini.
“Ini adalah momen luar biasa yang menunjukkan bahwa sepak bola bukan hanya tentang persaingan di lapangan, tetapi juga tentang rasa hormat dan kemanusiaan,” ujar salah satu pemain Real Sociedad dalam wawancara pasca-pertandingan.
Di media sosial, banyak penggemar sepak bola yang mengungkapkan rasa kagum terhadap keputusan ini. Tidak sedikit yang memuji UEFA dan ofisial pertandingan karena memberikan kesempatan kepada para pemain Muslim untuk tetap menjalankan ibadah mereka dengan nyaman.
Dukungan UEFA terhadap Keberagaman
UEFA sebagai badan sepak bola tertinggi di Eropa telah lama mendukung keberagaman dan inklusivitas dalam dunia sepak bola. Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak pertandingan yang memberikan jeda sejenak untuk para pemain Muslim berbuka puasa selama bulan Ramadan.
Kebijakan ini juga diterapkan di berbagai liga Eropa, termasuk Premier League dan La Liga, di mana wasit dapat menghentikan permainan sementara untuk memungkinkan pemain Muslim berbuka puasa.
Pengaruh Jeda Berbuka Puasa terhadap Performa Pemain
Secara fisik, berbuka puasa di tengah pertandingan dapat memberikan dampak yang positif bagi pemain Muslim. Mengonsumsi makanan ringan dan minuman untuk mengembalikan energi dapat membantu mereka tampil lebih maksimal di sisa pertandingan.
Para ahli gizi olahraga sering menyarankan agar pemain mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat cepat serap, seperti kurma, serta minuman dengan elektrolit untuk menjaga hidrasi tubuh mereka. Dengan demikian, mereka bisa tetap tampil prima meskipun menjalani ibadah puasa sepanjang hari.
Sepak Bola sebagai Sarana Toleransi dan Persatuan
Momen seperti ini menjadi bukti bahwa sepak bola lebih dari sekadar olahraga. Ini adalah wadah di mana nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan persatuan bisa diperlihatkan kepada dunia. Keputusan untuk menghentikan pertandingan demi menghormati waktu berbuka puasa merupakan langkah positif yang mencerminkan semangat fair play dan respek terhadap keberagaman budaya.
Tidak hanya di Liga Europa, di berbagai kompetisi internasional lainnya, penghormatan terhadap ibadah pemain Muslim semakin mendapatkan perhatian. Hal ini membuktikan bahwa sepak bola terus berkembang sebagai olahraga yang inklusif bagi semua kalangan.
Kesimpulan
Pertandingan antara Real Sociedad dan Manchester United dalam babak 16 besar Liga Europa tidak hanya menghadirkan aksi menarik di lapangan, tetapi juga momen berharga dalam dunia sepak bola. Keputusan wasit untuk memberikan jeda bagi pemain Muslim yang berpuasa menjadi simbol dari rasa hormat dan toleransi dalam olahraga ini.
Dengan semakin banyaknya liga dan kompetisi yang mengadopsi kebijakan serupa, diharapkan sepak bola bisa terus menjadi sarana pemersatu yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keberagaman. Ini adalah contoh nyata bagaimana olahraga dapat mencerminkan budaya inklusif dan saling menghormati di tengah persaingan yang sengit.
tri kurnia aji m.