Meskipun saat ini kondisi pasar saham mengalami tekanan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan bahwa industri perbankan nasional masih dalam kondisi yang sehat. Penurunan tajam saham perbankan disebut hanya persoalan persepsi, bukan karena melemahnya fundamental sektor perbankan itu sendiri.

Hal ini disampaikan oleh Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan sekaligus Anggota Dewan Komisioner OJK, dalam keterangannya pada Rabu (9/4/2025). Menurutnya, sektor perbankan Indonesia tetap memiliki landasan yang kuat dan stabil, meskipun tekanan geopolitik global terus berlangsung.

Masalah Persepsi Jadi Pemicu Tekanan Saham

Dian menilai bahwa gejolak di pasar saham, khususnya pada saham-saham bank besar, lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal dan persepsi investor. Salah satu penyebabnya adalah ketidakpastian kebijakan global, termasuk kebijakan tarif impor baru dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang memicu kekhawatiran pasar.

Ia juga menyoroti pentingnya komunikasi kebijakan antara pemerintah dan publik. Menurutnya, komunikasi yang belum optimal turut memperkuat kekhawatiran investor sehingga menciptakan tekanan di pasar modal.

Baca Juga : Hukum Puasa Syawal Tidak Berurutan, Apakah Diperbolehkan?

Perbaikan Komunikasi Bisa Pulihkan Pasar

OJK percaya bahwa persepsi negatif yang beredar dapat segera diatasi jika pemerintah meningkatkan kualitas komunikasi kebijakan. Jika hal ini dilakukan dengan baik, maka kepercayaan publik terhadap pasar modal akan kembali menguat dan kondisi saham perbankan pun bisa segera pulih.

Dian juga menambahkan bahwa saat ini Indonesia masih memiliki kekuatan dari sisi fiskal. Program-program pemerintah masih berada dalam koridor disiplin anggaran, yang turut menjadi faktor penopang stabilitas ekonomi nasional.

IHSG dan Saham Bank Besar Turun Tajam

Pada perdagangan Selasa (8/4/2025), saham-saham bank besar serempak berada di zona merah. Saham BBRI turun 10,12% menjadi Rp 3.640, sementara BMRI dan BBCA masing-masing turun sebesar 10,19% dan 8,53%. Dari empat bank besar, hanya BBNI yang mencatatkan penurunan lebih kecil, yaitu 4,95%.

Penurunan ini terjadi bersamaan dengan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun hingga 7,9% ke bawah level 6.000. Bahkan, pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat mengalami trading halt akibat tekanan jual yang begitu kuat.

Optimisme Pemulihan Pasar Modal

OJK tetap optimis bahwa tekanan di pasar saham bersifat sementara. Selama tidak ada perubahan signifikan pada kondisi fundamental ekonomi dan sektor perbankan, maka pasar akan kembali normal. Asalkan komunikasi kebijakan terus diperbaiki dan informasi asimetris dikurangi, maka persepsi negatif di pasar akan berangsur hilang.

Penurunan harga saham saat ini juga dapat dilihat sebagai peluang investasi jangka panjang, terutama bagi investor yang memahami kondisi fundamental perusahaan yang tetap solid.

Penulis: Gilang Ramadhan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *