Tanggal 14 Agustus menandai momen bersejarah dalam perjalanan panjang menuju terbentuknya Gerakan Pramuka Indonesia. Awalnya, pada tahun 1912, gerakan kepanduan tiba di Indonesia dengan nama Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO) pada masa penjajahan Belanda. Namun, pada awalnya, gerakan ini hanya terbuka bagi orang-orang keturunan Belanda, tanpa melibatkan masyarakat pribumi.
Dengan berjalannya waktu, gerakan kepanduan mulai mengakar di Indonesia. Inisiatif dari Pemimpin Keraton Solo, Mangkunegara VII, memunculkan gerakan kepanduan bumiputera seperti Padvinder Muhammadiyah, Syarikat Islam Afdeling Pandu, dan Kepanduan Bangsa Indonesia, yang menjadi wadah bagi masyarakat Indonesia berbasis agama, suku, dan identitas lainnya.
Baca Juga : 5 Larangan Konsumsi Makanan untuk Mereka yang Mengalami Masalah Asam Lambung
Kepentingan terhadap gerakan kepanduan semakin meningkat di Indonesia ketika Lord Baden-Powell, Bapak Pandu Dunia, mengunjungi Batavia, Semarang, dan Surabaya pada 1934. Partisipasi Indonesia dalam Jambore Kepanduan Dunia di Belanda pada 1937 juga menunjukkan keaktifan dalam arena internasional. Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem di Yogyakarta pada 1941 menjadi tonggak penting dalam pembentukan Pandu Rakyat Indonesia.
Tahun 1948, larangan terhadap Pandu Rakyat Indonesia di wilayah yang diduduki Belanda, mendorong lahirnya berbagai organisasi baru seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), dan Kepanduan Indonesia Muda (KIM). Meskipun lebih dari 100 organisasi kepanduan bermunculan pada masa itu, upaya untuk menyatukan mereka belum berhasil.
Namun, semangat untuk menyatukan berbagai gerakan kepanduan tidak pernah padam. Inspirasi ini muncul dari Presiden Soekarno dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang memiliki visi untuk mengintegrasikan ragam gerakan kepanduan ke dalam satu entitas yang lebih besar. Upaya ini mencapai puncaknya ketika Presiden Soekarno menghadiri Perkemahan Besar Persatuan Kepanduan Putri Indonesia di Desa Semanggi pada Oktober 1959.
Hasil dari perjuangan untuk menyatukan berbagai gerakan kepanduan adalah terbentuknya Gerakan Pramuka, yang resmi diresmikan pada 9 Maret 1961. Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prijono, Azis Saleh, Achmadi, dan Muljadi Djojo Martono berperan sebagai panitia dalam persiapan pembentukan organisasi ini. Pada tanggal 14 Agustus 1961, Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada masyarakat dalam sebuah upacara di Istana Negara.
Baca Juga : Pedoman Pengajuan Klaim Saldo di Platform Lapak Asik bagi Peserta JHT BPJS Ketenagakerjaan
Saat itu, Presiden Soekarno menyerahkan Panji Gerakan Pramuka kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang kemudian menjadi Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka periode pertama. Dari peristiwa ini, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dijuluki sebagai Bapak Pramuka Indonesia, dan sejak saat itu, setiap tahun tanggal 14 Agustus dirayakan sebagai Hari Pramuka Indonesia.
Kisah inspiratif ini mengajarkan tentang semangat kebersamaan, keragaman, dan tekad untuk mencapai tujuan bersama. Perayaan Hari Pramuka Indonesia bukan hanya untuk menghormati sejarah dan perjuangan, tetapi juga untuk merayakan semangat Gerakan Pramuka Indonesia yang terus hidup dalam jiwa setiap pramuka.
Penulis : Ahmad Fauzansyah