Tradisi Unik Masyarakat Banjar dalam Menyambut Ramadan
Bulan suci Ramadan selalu disambut dengan penuh suka cita oleh masyarakat Muslim di berbagai daerah, termasuk masyarakat Banjar. Suku Banjar yang mayoritas bermukim di Kalimantan Selatan dan tersebar di berbagai wilayah lainnya memiliki tradisi khas dalam menyambut Ramadan. Berbagai persiapan dilakukan untuk memastikan bulan penuh berkah ini dapat dijalani dengan maksimal, baik dari segi spiritual maupun sosial.
1. Membersihkan Rumah dan Perlengkapan Ibadah
Sebelum memasuki Ramadan, masyarakat Banjar melakukan tradisi membersihkan rumah secara menyeluruh. Pembersihan ini dilakukan dari depan hingga ke bagian belakang rumah sebagai simbol penyucian diri menyambut bulan yang suci. Selain itu, perlengkapan ibadah seperti mukena, sarung, dan peci juga dicuci dan diganti jika diperlukan agar dalam keadaan bersih dan layak digunakan selama Ramadan.
2. Ziarah Kubur
Salah satu tradisi penting masyarakat Banjar menjelang Ramadan adalah ziarah kubur. Biasanya, kegiatan ini dilakukan satu minggu sebelum Ramadan agar tidak terlalu padat. Saat ziarah, mereka membersihkan makam keluarga, membaca doa, dan menaburkan bunga sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur. Tradisi ini juga menjadi ajang silaturahmi bagi keluarga besar yang mungkin jarang bertemu.
3. Berbelanja Perlengkapan Ramadan
Menjelang Ramadan, pasar-pasar tradisional di Kalimantan Selatan menjadi semakin ramai dengan masyarakat yang membeli berbagai perlengkapan ibadah seperti mukena baru, sarung, peci, dan Al-Qur’an. Selain itu, bahan makanan seperti kurma, gula merah, dan berbagai bumbu dapur juga menjadi incaran utama untuk persiapan menu berbuka dan sahur.
4. Gotong Royong Membersihkan Masjid
Tidak hanya rumah pribadi, masjid-masjid juga menjadi fokus pembersihan sebelum Ramadan. Masyarakat Banjar bergotong royong membersihkan area dalam dan luar masjid, termasuk mengganti karpet, mencuci mukena dan sajadah yang tersedia di masjid, serta memastikan fasilitas wudhu dalam keadaan baik. Gotong royong ini mempererat tali persaudaraan dan meningkatkan rasa memiliki terhadap rumah ibadah.
5. Tradisi ‘Badadus’ atau Mandi Belimau
Mandi belimau atau ‘Badadus’ merupakan tradisi unik yang masih dilakukan oleh masyarakat Banjar dalam menyambut Ramadan. Tradisi ini dilakukan dengan mandi menggunakan air yang dicampur dengan berbagai jenis bunga dan jeruk purut. Tujuannya adalah untuk menyucikan diri secara lahir dan batin sebelum menjalani ibadah puasa. Prosesi ini biasanya dilakukan bersama keluarga atau komunitas di sungai atau tempat pemandian umum.
6. Menyiapkan Menu Khas Ramadan
Makanan khas juga menjadi bagian tak terpisahkan dari persiapan Ramadan di kalangan masyarakat Banjar. Salah satu hidangan yang selalu ada adalah ‘bubur habang’, yaitu bubur nasi dengan kuah merah khas Banjar. Selain itu, wadai (kue tradisional) seperti apam, amparan tatak, dan bingka juga menjadi sajian wajib saat berbuka puasa. Para ibu rumah tangga mulai menyiapkan bahan-bahan jauh sebelum Ramadan tiba.
7. Pedagang Musiman Mulai Bermunculan
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan menjelang Ramadan, banyak pedagang musiman mulai membuka lapak. Mereka menjual berbagai kebutuhan seperti makanan berbuka, takjil, pakaian muslim, dan perlengkapan ibadah. Pasar-pasar Ramadan di berbagai kota di Kalimantan Selatan selalu menjadi pusat keramaian menjelang waktu berbuka.
8. Silaturahmi dan Tradisi ‘Makan Basar’
Selain tradisi individu dan keluarga, masyarakat Banjar juga memiliki kebiasaan berkumpul bersama sebelum Ramadan dalam acara yang disebut ‘makan basar’. Acara ini mirip dengan kenduri, di mana keluarga besar atau komunitas berkumpul untuk makan bersama dan berdoa agar Ramadan yang akan dijalani membawa berkah.
Kesimpulan
Tradisi masyarakat Banjar dalam menyambut Ramadan mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, kebersihan, dan penghormatan terhadap bulan suci. Dari membersihkan rumah, ziarah kubur, hingga mandi belimau, semua tradisi ini bertujuan untuk menyucikan diri secara lahir dan batin. Tradisi ini tidak hanya memperkuat ikatan sosial, tetapi juga meningkatkan kesadaran spiritual dalam menjalani ibadah selama Ramadan. Dengan mempertahankan dan melestarikan tradisi ini, masyarakat Banjar terus menjaga warisan budaya yang telah berlangsung turun-temurun.
Penulis : M.Rizki