berita

La Nina Berakhir, Musim Kemarau Indonesia 2025 Dimulai Bertahap

Fenomena anomali iklim La Nina resmi berakhir pada pertengahan Maret 2025, menurut laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Dalam analisis Dinamika Atmosfer Dasarian I Maret 2025, BMKG menyebutkan bahwa Indeks Dipole Mode (IOD) menunjukkan kondisi Netral dengan indeks -0,31, yang diprediksi akan berlangsung hingga semester kedua tahun 2025. Begitu juga dengan fenomena El NiƱo-Southern Oscillation (ENSO), yang menunjukkan kondisi Netral dengan indeks 0,30 dan diperkirakan tetap Netral hingga paruh kedua 2025.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menegaskan bahwa berakhirnya La Nina menandakan bahwa musim kemarau tahun 2025 akan berlangsung normal. “Semoga cuaca kondusif,” ujarnya dalam jumpa pers daring.

Musim kemarau 2025 di Indonesia diprediksi mulai dimulai secara bertahap dari Maret hingga April 2025, dimulai di beberapa wilayah tertentu. Pada bulan Maret, enam zona musim (sekitar 0,86% zona musim) diperkirakan memasuki musim kemarau. Sementara itu, sebagian besar wilayah Indonesia akan mulai merasakannya pada bulan April, seperti Lampung bagian timur, pesisir utara Jawa bagian barat, pesisir Jawa Timur, sebagian Bali, serta Nusa Tenggara Barat dan Timur.

Pada bulan Mei, musim kemarau diprediksi akan meluas ke sebagian besar Sumatra, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Bali, dan Papua bagian Selatan.

Menurut Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, musim kemarau tahun ini diperkirakan berlangsung dalam kondisi iklim normal, tanpa pengaruh kuat dari fenomena global seperti El Nino, La Nina, dan IOD. Meskipun demikian, beberapa wilayah Indonesia yang biasanya mengalami musim kemarau lebih kering, akan menerima curah hujan lebih tinggi dari normal.

Baca Juga : Jurusan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati: Membangun Masa Depan dengan Bioinovasi

Bagi sektor pertanian, BMKG mengimbau agar petani menyesuaikan jadwal tanam sesuai dengan prediksi musim kemarau lebih awal atau terlambat, memilih varietas tahan kekeringan, serta mengoptimalkan pengelolaan air di daerah-daerah yang diprediksi mengalami musim kemarau lebih kering. Sementara itu, wilayah dengan potensi musim kemarau lebih basah diharapkan memanfaatkan kondisi tersebut untuk meningkatkan produksi pertanian, terutama dengan memperluas lahan sawah.

BMKG juga mengingatkan untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah rawan yang diperkirakan akan mengalami musim kemarau dengan curah hujan normal atau lebih rendah dari biasanya.

Penulis : Alif Nur Tauhidin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *