Ekonomi China menunjukkan tanda-tanda pemulihan dalam dua bulan pertama tahun 2025, meskipun sektor properti masih menjadi hambatan bagi pertumbuhan. Berdasarkan data dari Biro Statistik Nasional China, penjualan ritel meningkat 4 persen, sementara produksi industri naik 5,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Peningkatan Ekonomi di Tengah Tantangan Global
Data yang lebih baik dari perkiraan ini memberikan dorongan positif bagi pasar saham Asia. Namun, pemerintah tetap berhati-hati dalam menghadapi tantangan domestik dan global. Tarif 20 persen yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap produk China berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi negara yang sangat bergantung pada ekspor.
Menurut juru bicara Biro Statistik, Fu Linghui, meskipun ekonomi bergerak ke arah yang positif, masih ada kendala seperti permintaan domestik yang lemah, kesulitan operasional di beberapa perusahaan, dan ketidakstabilan pemulihan ekonomi.
Sektor Properti Masih Menjadi Tantangan
Krisis real estate yang berkepanjangan terus membebani perekonomian China, menyebabkan kepercayaan dan pengeluaran konsumen menurun. Investasi properti turun 9,8 persen dalam dua bulan pertama 2025.
Meskipun harga rumah masih mengalami penurunan pada Januari dan Februari, kecepatannya mulai melambat dibandingkan tahun lalu. Bank ING memperkirakan bahwa penurunan harga properti akan berhenti tahun ini, tetapi pemulihan masih akan berlangsung secara bertahap.
Lynn Song, Kepala Ekonom ING untuk China, menekankan pentingnya dukungan kebijakan yang berkelanjutan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan yang masih ada.
PENULIS MUHAMMAD FITRAH RAJASA