Jakarta, 14 Maret 2025 – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa puncak musim kemarau di Indonesia tahun ini akan terjadi pada bulan Juni, Juli, dan Agustus 2025. Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyatakan bahwa awal musim kemarau di beberapa wilayah akan terjadi sesuai dengan kondisi normalnya, sementara sebagian lainnya mengalami kemunduran.
Prediksi Awal Musim Kemarau di Berbagai Wilayah
Berdasarkan analisis BMKG, awal musim kemarau 2025 di Indonesia diperkirakan akan terjadi dengan pola sebagai berikut:
- Sama dengan normalnya: 207 Zona Musim (ZOM) atau sekitar 30% wilayah, mencakup Sumatera, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara, sebagian Maluku, dan Maluku Utara.
- Mundur dari normalnya: 204 ZOM atau sekitar 29% wilayah, termasuk Kalimantan bagian selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, sebagian Maluku Utara, dan Merauke.
- Lebih awal dari normalnya: 104 ZOM atau sekitar 22% wilayah.
Karakteristik Musim Kemarau 2025
BACA JUGA : Momen Antea Putri Turk Perkenalkan Lagu Pertama WR Supratman
BMKG juga memprediksi bahwa karakteristik musim kemarau tahun ini akan terbagi dalam tiga kategori:
- Normal: 416 ZOM (60% wilayah), meliputi sebagian besar Sumatera, Jawa bagian timur, Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Maluku, dan sebagian besar Papua.
- Di atas normal (lebih basah): 185 ZOM (26% wilayah), termasuk sebagian kecil Aceh, sebagian besar Lampung, Jawa bagian barat dan tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, sebagian kecil Sulawesi, dan Papua bagian tengah.
- Di bawah normal (lebih kering): 98 ZOM (14% wilayah), meliputi Sumatera bagian utara, sebagian kecil Kalimantan Barat, Sulawesi bagian tengah, Maluku Utara, dan Papua bagian selatan.
Dinamika Atmosfer dan Laut 2025
Berdasarkan pemantauan suhu muka laut pada awal Maret 2025, fenomena La Niña di Samudra Pasifik telah bertransisi ke fase El Niño-Southern Oscillation (ENSO) Netral. Sementara itu, fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) juga berada pada fase Netral. BMKG memprediksi bahwa kedua fenomena tersebut akan tetap berada dalam fase Netral sepanjang musim kemarau 2025.
Menurut Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, kondisi ini menunjukkan bahwa musim kemarau 2025 cenderung normal tanpa pengaruh besar dari El Niño, La Niña, atau IOD. Namun, beberapa wilayah masih berpotensi mengalami curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya.
Dampak dan Imbauan BMKG untuk Berbagai Sektor
BMKG mengimbau berbagai sektor untuk menyesuaikan diri dengan kondisi musim kemarau 2025. Berikut adalah langkah-langkah yang disarankan:
- Sektor Pertanian: Petani perlu menyesuaikan jadwal tanam sesuai dengan prediksi awal musim kemarau di wilayah masing-masing. Pemilihan varietas tanaman yang tahan kekeringan serta pengelolaan air yang optimal menjadi faktor penting dalam menghadapi musim kemarau.
- Sektor Kebencanaan: Meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), terutama di daerah dengan curah hujan normal atau di bawah normal.
- Sektor Lingkungan: Mewaspadai penurunan kualitas udara di kota-kota besar dan daerah rawan karhutla serta potensi gangguan akibat suhu udara yang lebih panas dan lembap.
- Sektor Energi: Menghemat dan mengelola pasokan air dengan efisien guna menjaga keberlanjutan operasi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), irigasi, dan pemenuhan kebutuhan air baku.
- Sektor Sumber Daya Air: Mengoptimalkan sumber air alternatif dan memastikan distribusi air yang efisien untuk menjaga ketersediaan air bagi masyarakat selama musim kemarau.
BMKG berharap informasi ini dapat menjadi dasar dalam perencanaan dan mitigasi dampak musim kemarau di berbagai sektor guna mendukung ketahanan lingkungan dan ekonomi nasional.
Penulis: Gilang Ramadhan