Hilal, atau bulan sabit muda, berfungsi sebagai penanda awal bulan Hijriah dalam kalender Islam. Proses rukyat, atau pengamatan hilal, digunakan untuk menentukan awal bulan Hijriah, seperti dalam penetapan tanggal 1 Ramadhan dan 1 Syawal yang dilakukan dalam sidang isbat tahunan oleh Kementerian Agama (Kemenag). Metode ini melibatkan pengamatan hilal di ufuk menggunakan alat seperti teropong atau secara langsung dengan mata telanjang.
Geometri Hilal
Bulan sabit muda, yang muncul setelah konjungsi, dianggap sebagai bulan baru dalam sistem kalender lunar Islam. Menurut informasi dari Kementerian Agama Provinsi Bali, bulan sabit terlihat saat matahari terbenam pada fase-fase tertentu. Biasanya, bulan sabit muncul pada tanggal 29 bulan Hijriah, dan jika terlihat setelah matahari terbenam, bulan baru akan dimulai keesokan harinya.
Baca juga: Perwakilan Perguruan Tinggi dan Puluhan Sekolah Se-Lampung Ikuti Teknokrat Academic Competition
Fase-Fase Bulan
- Fase Bulan Baru: Pada fase ini, bulan tidak terlihat karena tidak menerima cahaya matahari, sehingga tampak gelap. Bulan dianggap berada pada fase baru ketika posisinya berada pada nol derajat.
- Fase Bulan Sabit Waxing (Bulan Sabit Muda): Pada fase ini, kurang dari separuh bulan menerima cahaya matahari, sehingga tampak sebagai bulan sabit. Menurut standar MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura), hilal baru akan terlihat jika posisinya mencapai ketinggian 3 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat.
- Fase Kuartal Awal: Bulan tampak setengah lingkaran dan berada pada posisi sembilan puluh derajat. Fase ini terjadi sekitar hari kedelapan setiap bulan.
- Fase Cembung Pertama (Gamma Waxing): Pada hari kesebelas, bulan tampak lebih besar dengan posisi 135 derajat dibandingkan dengan fase sebelumnya.
- Fase Bulan Purnama: Pada hari keempat belas, bulan berada pada fase purnama dengan posisi 180 derajat, dan tampak sebagai lingkaran penuh sempurna karena sinar matahari seluruhnya dipantulkan ke bulan.
- Fase Terakhir dari Konveksitas (Wing Gibbous): Pada fase ini, bulan tampak lebih kecil dengan posisi sekitar 225 derajat, terjadi sekitar hari ke-17.
- Fase Kuartal Ketiga: Bulan kembali tampak seperti bulan sabit pada posisi sekitar 270 derajat pada hari ke-21.
- Fase Bulan Sabit Pudar (Bulan Sabit Tua): Pada fase ini, bulan kembali ke bentuk bulan sabit pada posisi 315 derajat, terjadi sekitar tanggal 25 setiap bulannya.
Kesimpulan
Baca juga: Mahasiswa Teknokrat Juara 1 Nasional Lomba Fotografi,dan Desain Poster
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa pengamatan hilal sebagai penanda awal bulan Hijriah melibatkan beberapa aspek penting seperti rukyat, geometri hilal, dan fase-fase bulan. Metode rukyat masih menjadi praktik tradisional untuk menentukan awal bulan Hijriah dengan memerhatikan hilal di ufuk. Geometri hilal menjelaskan bentuk bulan sabit pertama yang muncul setelah konjungsi, sedangkan fase-fase bulan menggambarkan perubahan bentuk bulan dari fase baru hingga purnama dan kembali lagi.
Pemahaman mengenai hilal ini penting untuk menentukan awal bulan Hijriah dan memperkuat praktik keagamaan terkait penanggalan dalam kalender Islam.
penulis: Farii