Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, dalam acara Media Gathering yang berlangsung pada Senin (7/11) di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, mengungkapkan bahwa isu-isu strategis kebangsaan akan menjadi fokus utama pada tahun politik 2024.
baca juga: Pernah Bertanya-tanya Bagaimana Rasanya Belajar di Hubungan Internasional? Ini Dia Jawabannya
Menurut Haedar, pemilihan umum (pemilu) 2024 akan menjadi sebuah kontestasi penting dalam hal suksesi kepemimpinan. Ia berharap bahwa pemilu mendatang dapat menghadirkan suasana baru yang berbeda dari tahun 2019, yang sebelumnya ditandai dengan ketegangan dan pertikaian yang berkepanjangan. “Suasana baru itu berarti kita tidak akan mengulangi masalah yang selama ini kita cermati, termasuk pembelahan politik,” jelasnya.
Haedar menekankan bahwa untuk mencegah terulangnya masalah serupa, penting untuk menghindari politisasi identitas seperti agama, suku, ras, golongan, atau ideologi tertentu. Politisasi semacam ini dapat menyebabkan perpecahan yang mendalam dalam masyarakat.
Lebih lanjut, Haedar menyarankan agar negara tetap berada di luar kontestasi politik, meskipun tetap memperkuat perannya sebagai kekuatan penengah. “Negara harus menghindari subjektivikasi politik agar tidak kehilangan kewibawaan sebagai penengah dalam situasi pembelahan,” ujarnya. Kewibawaan negara, menurutnya, sangat penting untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas bangsa.
Haedar juga mengingatkan bahwa kekuatan masyarakat, termasuk organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah, perlu menjaga jarak dari kontestasi politik. Muhammadiyah, menurut Haedar, akan tetap konsisten dalam posisinya untuk menjaga jarak dari politik praktis.
Di akhir pernyataannya, Haedar menekankan pentingnya hadirnya elit politik yang benar-benar berkomitmen sebagai negarawan, tanpa terpengaruh oleh kepentingan pribadi, kelompok, atau dinasti politik. “Kontestasi politik 2024 harus menjadi ajang bagi para negarawan untuk mengedepankan kepentingan bangsa dan negara, melebihi kepentingan diri atau kelompok,” tegasnya.
baca juga: Pernah Bertanya-tanya Bagaimana Rasanya Belajar di Hubungan Internasional? Ini Dia Jawabannya
Guru Besar Sosiologi ini juga mengingatkan tentang pentingnya menjaga persatuan bangsa dalam kerangka Bhineka Tunggal Ika. Dialektika antara perbedaan dan persatuan memerlukan manajemen yang baik agar dapat terwujud dengan efektif.
penulis: henggar