TikTok Menghadirkan Alat Baru untuk Mendukung Kesehatan Jiwa

TikTok Menghadirkan Alat Baru untuk Mendukung Kesehatan Jiwa

Bulan Mei diperingati sebagai Bulan Kesadaran Kesehatan Jiwa, dan TikTok turut ambil bagian dengan tekad kuat mempromosikan kesejahteraan mental yang positif, memerangi stigma, dan memberikan sokongan kepada seluruh komunitasnya.

Baca juga : Daftar Game Terbaik dengan Harga Murah di Steam Winter Sale 2022

TikTok menunjukkan komitmennya dengan sejumlah upaya penting, termasuk sumbangan sebesar USD 2 juta dalam bentuk kredit iklan kepada berbagai entitas yang mendedikasikan diri pada kesehatan jiwa, seperti National Alliance on Kesehatan Jiwa, Yayasan Amerika untuk Pencegahan Bunuh Diri, serta Aliansi untuk Gangguan Makan.

Selain itu, dalam upayanya memperkuat inisiatif ini, TikTok juga memberikan pelatihan khusus kepada berbagai organisasi agar mereka dapat berkomunikasi dengan lebih efektif bersama komunitas mereka. Tidak hanya memberikan dukungan kepada lembaga kesehatan jiwa, TikTok juga meluncurkan pusat informasi kesejahteraan dengan mengandalkan tagar #mentalhealthawareness.

Di dalam pusat informasi ini, tersedia tautan menuju berbagai sumber daya yang menggarisbawahi para pencipta konten berfokus pada kesehatan mental, alat canggih untuk membantu memantau kata-kata kunci serta komentar yang mungkin berpotensi merugikan, alat pengatur waktu layar guna membantu mengendalikan durasi penggunaan, dan metode untuk terhubung dengan berbagai organisasi yang mendukung kesehatan jiwa.

Namun, walaupun semua langkah ini menunjukkan gambaran positif secara menyeluruh, TikTok tidak lantas mendapatkan dukungan penuh dari publik dalam hal kesehatan mental.

Seiring waktu, semakin banyak kekhawatiran yang muncul bahwa penggunaan platform ini memberikan dampak negatif pada kesejahteraan jiwa, bahkan sebagian politisi telah mencocokkan sifat adiktif platform ini dengan obat Fentanyl. Para psikolog juga sependapat bahwa algoritme platform ini sangat canggih dan secara efektif memancing keterlibatan pemuda dalam jangka waktu yang lebih lama, seperti yang diwartakan oleh CNN pada Senin (23/5/2023).

Banyak kaum muda yang pada mulanya hanya bermaksud meluangkan waktu 15 menit di TikTok, tetapi akhirnya mereka terjebak selama dua jam atau bahkan lebih tanpa henti di platform tersebut.Inilah yang menjadi permasalahan, karena semakin banyak waktu yang dihabiskan remaja di media sosial, semakin besar kemungkinan mereka akan mengalami depresi. Terutama, hal ini berlaku untuk penggunaan yang berlebihan,” jelas Dr. Jean Twenge, seperti yang dikutip oleh Simplepost.

Namun, harapannya adalah inisiatif baru ini mampu menjadi keseimbangan yang mampu meredam beberapa dampak negatif dari platform ini, dan membantu mengarahkan pengguna menuju pola penggunaan yang lebih sehat terkait dengan kesejahteraan mental mereka.

Sumber : Kampus swasta terbaik di Lampung

penulis : dita rahmadhani

10 thoughts on “TikTok Menghadirkan Alat Baru untuk Mendukung Kesehatan Jiwa

  1. I was wondering if you ever considered changing the page layout of your website?
    Its very well written; I love what youve got to say.
    But maybe you could a little more in the way of content so people
    could connect with it better. Youve got an awful lot of text for only having 1 or 2 pictures.

    Maybe you could space it out better?

  2. Cutting: In some cases, doctors may use clean, sharp scalpel to remove the skin tag from the skin gently. Additionally, the condition seems to run in families, so doctors suspect a genetic component. The skin tags are not related to warts; they are not caused by any virus such as HPV. Healthline. “How Are Anal Skin Tags Identified and Removed? They have a number of possible causes, but friction is a major catalyst for https://www.ipsorgu.com/site_ip_adresi_sorgulama.php?site=https://arcadiaskintagremover.net tags. It’s an incremental upgrade – a number of valuable features have been added, but there’s no real revamp to be seen. His results for Saber & related characters look reasonable but more broadly, somewhat low-quality, which Sugimura suspects is due to inadequate data cleaning (“there are a number of lower quality images and also images of backgrounds, armor, non-character images left in the dataset which causes weird artifacts in generated images or just lower quality generated images.”). People with certain genetic disorders like Birt-Hogg-Dubé (BHD) syndrome may also be more prone to developing skin tags.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

kubet kubet kubet kubet kubet kubet kubet kubet kubet kubet kubet kubet kubet kubet kubet kubet kubet kubet kubet kubet