Selain kesehatan kulit, kesehatan mental juga menjadi aspek yang sangat penting. Salah satu istilah yang masih sering didengar terkait kondisi kesehatan mental di Indonesia adalah dipasung. Dipasung merujuk pada praktik menahan seseorang dengan memasung atau mengurungnya secara fisik, biasanya dilakukan oleh keluarga atau masyarakat terhadap seseorang yang mengalami gangguan jiwa berat.

Alasan Praktik Dipasung

Di Indonesia, praktik pemasungan masih terjadi, terutama di wilayah pedesaan atau daerah yang sulit dijangkau layanan kesehatan mental. Beberapa alasan mengapa seseorang dipasung antara lain:

  1. Kurangnya Akses ke Layanan Kesehatan Mental: Di beberapa daerah, akses terhadap fasilitas kesehatan mental masih sangat terbatas. Hal ini membuat keluarga memilih untuk mengurung pasien agar tidak melukai diri sendiri atau orang lain.
  2. Stigma Sosial: Banyak masyarakat yang masih memiliki stigma negatif terhadap gangguan mental. Ketakutan akan reaksi atau penilaian negatif dari masyarakat membuat beberapa keluarga memilih untuk memendam masalah ini sendiri.
  3. Keterbatasan Pengetahuan: Ketidaktahuan mengenai gangguan mental dan cara penanganannya menyebabkan beberapa keluarga melakukan pemasungan sebagai jalan pintas untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Baca Juga : Belum Pilih Jurusan di SBMPTN? Yuk Simak Prodi ITB dengan Daya Tampung Paling Banyak 

Dampak Negatif Dipasung

Praktik pemasungan jelas memiliki dampak negatif yang sangat besar terhadap orang yang mengalami gangguan mental. Beberapa dampak tersebut antara lain:

  1. Kehilangan Hak Asasi Manusia: Dipasung berarti seseorang diperlakukan seakan tidak memiliki hak. Praktik ini menghilangkan hak mereka untuk hidup dengan bebas dan layak.
  2. Kondisi Fisik yang Memburuk: Dipasung seringkali dilakukan dalam kondisi yang tidak layak, sehingga kondisi fisik mereka bisa semakin memburuk akibat kekurangan gerak, paparan cuaca, atau kekurangan nutrisi.
  3. Memperparah Gangguan Mental: Alih-alih sembuh, seseorang yang dipasung justru cenderung mengalami gangguan mental yang semakin parah karena kurangnya interaksi sosial dan perlakuan yang manusiawi.

Upaya untuk Mengakhiri Praktik Pemasungan

Pemerintah Indonesia bersama berbagai organisasi kesehatan mental telah melakukan banyak upaya untuk mengurangi praktik pemasungan. Beberapa upaya tersebut antara lain:

  1. Program Bebas Pasung: Program ini bertujuan untuk menghapus praktik pemasungan dengan menyediakan layanan kesehatan mental yang lebih mudah diakses oleh masyarakat.
  2. Edukasi kepada Masyarakat: Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai kesehatan mental sehingga stigma dapat dikurangi.
  3. Pelatihan untuk Keluarga: Memberikan pelatihan kepada keluarga atau masyarakat tentang cara merawat dan mendukung anggota keluarga yang memiliki gangguan mental.

Perbandingan: Turgor Kulit dan Dipasung

Meskipun keduanya tampak tidak berkaitan, turgor kulit dan dipasung sama-sama menjadi indikator penting dalam dua aspek berbeda pada kehidupan seseorang. Turgor kulit berkaitan erat dengan kondisi kesehatan fisik seseorang, sedangkan dipasung lebih mencerminkan kondisi kesehatan mental dan hak asasi manusia. Keduanya memberikan wawasan yang berharga tentang kesejahteraan dan kualitas hidup seseorang.

  1. Indikator Kesehatan: Turgor kulit menjadi indikator kesehatan fisik, sedangkan kondisi dipasung menjadi indikator kesehatan mental yang seringkali tidak diperhatikan.
  2. Aspek Sosial dan Stigma: Turgor kulit tidak terkait dengan stigma, sedangkan kondisi seseorang yang dipasung sering diwarnai stigma negatif dari masyarakat.
  3. Pentingnya Perawatan yang Layak: Baik kesehatan fisik maupun mental membutuhkan perhatian dan perawatan yang layak. Dehidrasi atau masalah kulit dapat berdampak negatif pada tubuh, sama halnya dengan gangguan mental yang semakin buruk akibat pemasungan.

Bagaimana Menjaga Kesehatan Kulit dan Mental?

Menjaga turgor kulit dan mencegah pemasungan pada orang yang memiliki gangguan mental merupakan upaya yang penting bagi kualitas hidup yang lebih baik.

  1. Menjaga Hidrasi Tubuh: Minum air yang cukup setiap hari membantu menjaga elastisitas kulit. Kulit yang sehat akan terlihat lebih kencang dan memiliki turgor kulit yang baik.
  2. Edukasi Masyarakat tentang Kesehatan Mental: Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan mental dapat mengurangi stigma dan mengurangi risiko pemasungan bagi orang-orang dengan gangguan jiwa.
  3. Akses Pelayanan Kesehatan yang Lebih Mudah: Baik untuk masalah kulit maupun kesehatan mental, pelayanan kesehatan yang mudah diakses menjadi solusi utama untuk menangani berbagai masalah kesehatan dengan cara yang tepat.

Baca Juga : Jurusan Langka di Indonesia Ini Memiliki Prospek Kerja Yang Menjanjikan!

Kesimpulan

Apa itu turgor kulit dan apa itu dipasung? Turgor kulit adalah indikator elastisitas kulit yang mencerminkan kondisi hidrasi dan kesehatan kulit seseorang, sementara dipasung adalah praktik mengurung seseorang dengan gangguan mental akibat keterbatasan akses atau stigma. Keduanya memiliki peran penting dalam menilai kualitas kesehatan seseorang, baik secara fisik maupun mental.

Memahami pentingnya turgor kulit membantu kita menjaga kesehatan kulit dan hidrasi tubuh dengan lebih baik. Di sisi lain, pemahaman mengenai praktik pemasungan mengajak kita untuk lebih peduli terhadap kesehatan mental dan mendukung upaya pemerintah untuk menghapus praktik yang melanggar hak asasi manusia tersebut. Kesehatan fisik dan mental adalah dua hal yang tidak terpisahkan dalam menciptakan masyarakat yang sehat, sejahtera, dan bebas dari stigma.

Penulis : Naisyla M.R

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *